Bisnis.com, JAKARTA – RHB Investment Bank Berhad (RHBIB) mencatat indeks saham-saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah tumbuh sebanding atau lebih dari indeks saham berkapitalisasi besar (big caps).
Head of Regional Equity Research RHB Investment Bank Berhad Alexander Chia menambahkan terdapat selisih antara margin emiten besar dan kecil di berbagai pasar Asia.
Benchmark indeks untuk bursa saham Korea Selatan,memiliki price earning 13,5 kali sedangkan MSCI Small Cap Index 13,2 persen. Adapun untuk Singapura 13,1 kali berbanding 17,9 kali. Lalu Hongkong 11,3 kali berbanding dengan 14,7 kali. Bursa Jepang memiliki perbandingan 17,2 kali dengan 15,6 kali, bursa Malaysia 16,1 kali dengan 14,6 kali dan Indonesia 12,5 kali dengan 8,3 kali.
“Kami melihat permintaan yang kuat untuk saham-saham berkapitalisasi menengah-kecil yang kaya margin yang tangguh dan dapat bertahan dari gejolak yang sedang berlangsung,” katanya Selasa (14/5).
Head of Small Mid Caps RHB Sekuritas Singapura Jarick Seet mengatakan emiten kecil merupakan ladang kesempatan meraih cuan. Pasalnya beberapa perseroan memiliki neraca keuangan yang kuat dengan prospek yang positif karena pandemi Covid-19 tidak terlalu berdampak pada kinerja emiten.
Berdasarkan data yang dihimpun RHB, pada 2019 Strait Time Index tumbuh 9,4 persen. Hal itu lebih kecil dibandingkan dengan FTSE ST Mid Cap Index yang tumbuh 16,1 persen dan FTSE ST Small Cap Index sebesar 14,9 persen.
Baca Juga
Adapun keduanya pada saat ini tengah terkoreksi 17,8 persen dan 22,2 persen selama tahun berjalan. “Kinerja saham emiten kecil masih jauh dibelakang big caps, tapi memang polanya akan seperti itu,” katanya.
Menurutnya Avi-Tech Electronics tahun ini akan berperforma baik dengan price earning (PE) 10,4 kali, dividend yield 6,8 persen dan return on equity 12,1 persen pada tahun ini.
Sementara itu, Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) sebagai pilihan utama. Pasalnya, memiliki bisnis yang kuat dan mendapatkan dukungan dari pemerintah.
“Kami memilih HOKI karena salah satu produsen beras terbesar di Indonesia,” katanya Kamis (14/5).
Menurutnya perseroan memiliki permintaan yang tetap dan tidak terdisrupsi covid19. HOKI, lanjutnya, memiliki neraca keuangan yang kuat dengan tingkat utang yang rendah.
Selain itu, produsen beras Cap Topi Koki itu memiliki 205 pemasok yang tersebar di Indonesia. HOKI juga mempunyai pasar di ritel modern maupun pada umumnya.
Andrey memperkirakan kapitalisasi pasar HOKI mencapai US$110 juta dengan price earning (PE) 14,6 kali pada tahun ini. Adapun return on equity HOKI tahun lalu mencapai 17,2 persen dan dividen yield sebesar 1,6 persen untuk tahun buku 2019.