Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 58 persen pada kuartal I/2020. Kenaikan beban bunga dan kinerja entitas perusahaan patungan menjadi salah dua penyebab penurunan laba anak usaha Sinarmas Land itu.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perseroan, Rabu (13/5/2020), laba bersih Bumi Serpong Damai mencapai Rp259,64 miliar pada kuartal I/2020. Penurunan laba bersih membuat laba per saham juga menyusut, dari Rp32,56 menjadi Rp13,67.
Secara umum, pendapatan emiten bersandi saham BSDE itu turun 8,23 persen menjadi Rp1,49 triliun per kuartal I/2020. Pendapatan BSDE berasal dari penjualan tanah dan bangunan (Rp1,14 triliun), pendapatan sewa (Rp227,27 miliar), pengelolaan gedung (Rp99,38 miliar), dan lain-lain.
Di sisi lain, pos beban mengalami kenaikan. Beban pokok misalnya, naik 11,21 persen menjadi Rp452,65 miliar; beban usaha naik 2,47 persen ke Rp536,41 miliar ; dan beban lain-lain bersih melonjak 191,20 persen ke Rp201,86 miliar.
Pada kuartal I/2020, BSDE juga tercatat menaikkan liabilitas jangka panjang hingga 41,41 persen ke Rp20,84 triliun. Hal ini disebabkan oleh naiknya uang muka diterima dan sewa diterima sebesar Rp1,14 triliun dan Rp520,73 miliar.
Pengembang Kawasan BSD City itu juga menghabiskan Rp925,50 miliar untuk kas bersih investasi. Dengan begitu kas dan setara kas akhir periode tercatat Rp10.41 triliun.
Baca Juga
Analis Panin Sekuritas Bimo Prakoso mengatakan pendapatan perseroan sejalan dengan proyeksinya di kisaran Rp1,5 triliun. Sementara untuk laba bersih di bawah estimasi yakni Rp425 miliar.
“Penurunan ini utamanya disebabkan oleh adanya beban bunga - diskonto penjualan yang baru muncul pada kuartal I/2020 sebesar Rp115,1 miliar dan penurunan pada laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama ke Rp7,6 miliar salah satunya pada PT Plaza Indonesia Mandiri yang mencatatkan kerugian di Rp22,5 miliar,” katanya pada Rabu (13/5).
Meski demikian, Bimo tetap merekomendasikan beli dengan target harga Rp850 karena posisi neraca yang solid dan pipeline peluncuran hunian di bawah Rp2 miliar per unit seperti cluster Tabebuya, Zena, dan The Mozia berpotensi untuk pulih relative lebih cepat daripada harga di atasnya pasca menurunnya dampak dari pandemi covid-19.