Bisnis.com, JAKARTA – Emiten semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB) lagi-lagi sentuh batas atas atau terkena auto rejection pada perdagangan hari ini karena pasar optimis terhadap rencana masuknya investor jepang ke perusahaan itu masih jadi faktor utama.
Hanya butuh waktu 5 menit setelah perdagangan dibuka pada hari ini, saham SMCB meroket 25 persen ke level Rp1.300 per saham, dari level Rp1.140 pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dengan demikian, saham Saham SMCB pun mengalami auto reject atas (ARA) berdasarkan regulasi auto rejection simetris.
Dalam kebijakan auto rejection simetris, batas atas dan batas bawah memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga. Rinciannya, kelompok harga saham di rentang Rp50-Rp200 memiliki batas atas dan batas bawah 35 persen, rentang harga Rp200-Rp5.000 berbatas atas dan berbatas bawah 25 persen, dan rentang harga di atas Rp5.000 memiliki batas atas dan batas bawah sebesar 20 persen.
Nilai transaksi terhadap saham SMCB di lantai bursa pada hari ini, Kamis (23/4/2020) mencapai Rp300,67 miliar. Nilai transaksi itu melibatkan transaksi perdagangan sekitar 232.100 lembar saham SMCB di pasar.
Meroketnya harga saham SMCB ini melanjutkan tren yang juga terjadi pada hari sebelumnya. Pada Rabu (22/4/2020), saham SMCB juga terkena ARA setelah naik 24,55 persen atau 205 poin ke level Rp1.040 per saham. Kemarin, nilai transaksi terhadap saham SMCB mencapai Rp444,09 miliar.
Baca Juga
Agresifnya kenaikan harga saham SMCB tak terlepas dari rencana perseroan yang akan menggandeng investor dari Jepang, Taiheiyo Cement Co. Ltd (TCC).
PT Semen Indonesia Tbk. sebagai induk perusahaan SMCB akan melepas 15 persen kepemilikan kepada TCC dengan nilai transaksi mencapai US$220 juta. Dengan estimasi nilai tukar rupiah Rp15.500 per dolar AS, maka transaksi tersebut berkisar Rp3,41 triliun.
Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto menuturkan bahwa rencana ini ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan secara sekaligus. Salah satunya adalah memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait jumlah minimum saham free float.
“Untuk itu kami akan mengeluarkan saham baru nanti, lewat izin RUPS, dana itu akan masuk ke perusahaan. Sekitar 15 persen yang akan diambil oleh TCC,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (22/4/2020).
Langkah ini dilakukan terkait dengan keharusan memenuhi ketentuan jumlah saham free float minimum 7,5 persen yang diatur BEI. Setelah perseroan diakuisisi Semen Indonesia lewat anak usahanya, PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SBBI), saham publik tercatat hanya tinggal 1,69 persen.
Dia menjelaskan proses Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menyetujui rencana right issue atau peningkatan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu ini akan digelar pada kuartal III/2020. Dengan demikian, dia memperkirakan seluruh transaksi investasi TCC di SBI dapat dirampungkan pada kuartal IV tahun ini.
Dia mengatakan saat ini total saham perseroan yang beredar mencapai sekitar 7,6 miliar saham. Dengan rencana penerbitan saham baru sekitar 15 persen, kepemilikan Semen Indonesia dan publik terhadap emiten berkode saham SMCB ini diperkirakan akan berkurang. Dia mengatakan pembelian saham itu akan dilakukan pada harga Rp2.200 per saham.
“Jumlah saham kami saat ini kan sekitar 7,6 miliar, nanti kami akan keluarkan baru, nantinya kepemilikannya publik akan turun juga, termasuk SIIB akan turun juga. Dari seratus persen, nanti 15 persen miliknya TCC, hitungannya sekitar Rp2.200 per saham,” ujarnya.
Selain mengikuti ketentuan regulator, rencana ini dilakukan untuk memperkuat modal kerja SMCB. Dia mengatakan, dana tersebut juga akan digunakan untuk membangun pelabuhan untuk memfasilitasi ekspor lewat TCC.
Dia mengatakan bahwa perusahaan yang berbasis di Jepang itu memiliki pasar ekspor cukup besar ke berbagai negara. Hal ini diharapkan akan menambah pangsa pasar ekspor, sekaligus dapat menyerap produksi perseroan secara lebih baik di tengah kondisi pasar domestik yang kelebihan pasokan atau over supply.
“Mereka [TCC] juga minta itu untuk perkuat ekspor, mereka nanti bisa ambil dari kita atau dari Grup Semen Indonesia. Mungkin pasarnya dia ada di seluruh dunia, dia puya banyak pabrik dan banyak pembeli pembeli. Namanya bisnis kan tidak tentu menguntungkan semua pihak,” katanya.
Kerja sama ini juga akan dilakukan untuk meningkatkan pengembangan produksi yang berorientasi kepada lingkungan. Menurutnya, perusahaan Jepang ini memiliki rekam jejak yang cukup baik dari aspek produksi yang berkelanjutan atau sustainaibility dan green production.
Dalam keterangan resminya, TCC menyatakan memang menjadikan SMCB sebagai mitra strategis untuk pengembangan pasar luar Jepang, khususnya di Asia. Menurutnya, kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur di negara-negara Asia masih cukup tinggi, berbanding terbalik dengan permintaan pasar domestik Jepang yang diperkirakan akan menurun secara bertahap.