Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang turun tajam pada perdagangan hari ini, Selasa (21/4/2020), di tengah bangkitnya kekhawatiran investor atas laporan tentang kondisi kesehatan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix ditutup di level 1.415,89 dengan koreksi tajam 1,15 persen atau 16,52 poin dari level 1.432,41 pada akhir perdagangan Senin (20/4/2020).
Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 berakhir di level 19.280,78 dengan kemerosotan 1,97 persen atau 388,34 poin dari level 19.669,12 pada perdagangan sebelumnya. Sepanjang perdagangan Selasa, Nikkei bergerak dalam kisaran 19.193,22 – 19.529,06.
Saham JGC Holdings Corp. yang turun 6,29 persen membukukan koreksi terdalam, disusul saham Dentsu Group Inc. (-5,92 persen) dan Cyberagent Inc. (-5,47 persen).
Rata-rata bursa saham di Asia tertekan di zona merah pada perdagangan hari ini, mengikuti kemerosotan yang dialami di bursa Wall Street Amerika Serikat di tengah keresahan investor seputar jatuhnya harga minyak.
Pada perdagangan Senin (20/4/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 2,44 persen ke level 23.650,44, indeks S&P 500 merosot 1,79 persen ke level 2.823,16, dan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,03 persen ke level 8.560,73.
Baca Juga
Bursa saham AS pun berisiko melanjutkan pelemahannya ketika kontrak berjangka indeks saham (stock index futures) AS turun seiring dengan berkembangnya spekulasi seputar kondisi kesehatan diktator Korea Utara, Kim Jong-un.
Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan sedang mencari tahu detail soal kondisi kesehatan Kim Jong-un, setelah menerima informasi bahwa pemimpin Korea Utara itu dalam kondisi kritis pasca menjalani operasi kardiovaskular pekan lalu, seperti dilansir melalui Bloomberg.
Meski demikian, menurut seorang pejabat pemerintah yang meminta untuk tidak diidentifikasi, pemerintahan Presiden Donald Trump tidak yakin dengan kondisi Kim Jong-un saat ini.
Spekulasi mengenai kesehatan pria berusia sekitar 36 tahun tersebut telah membangkitkan kembali kekhawatiran pasar tentang potensi ketidakstabilan di negara bersenjata nuklir tersebut.
"Risiko suksesi di Korea Utara menyebabkan pasar ekuitas global melemah," tulis Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp, dalam sebuah catatan riset.
Korut diketahui telah diperintah oleh tiga generasi keluarga Kim. Namun, hingga kini belum terdengar rencana suksesi kepemimpinan berikutnya apabila Kim Jong-un tutup usia.
Meski Korea Utara telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat, progresnya tampak melambat dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, tidak jelas bagaimana rezim Korut akan menanggapi hal tersebut jika sesuatu yang serius terjadi pada Kim Jong-un.
“Ketidakpastian tentang siapa yang menggantikannya di Korea Utara adalah suatu misteri besar. Itulah yang membuat pasar gelisah,” ujar Jeffrey Halley, analis pasar di Oanda Asia Pasifik, mempertimbangkan skenario terburuk yang dapat terjadi pada Kim Jong-un.
Di tengah ketidakpastian ini, dolar AS menguat terhadap mata uang negara berkembang di Asia bersama nilai tukar yen Jepang yang daya tariknya sebagai aset safe haven seketika menanjak.