Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak variatif pada perdagangan Senin (20/4/2020) karena investor bersiap menghadapi musim pendapatan yang suram, sambil mengawasi tanda-tanda bahwa laju infeksi virus corona melambat.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang melemah 0,23 persen atau 1,37 poin ke level 596,25. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 melemah masing-masing 0,7 persen dan 1,15 persen.
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite menguat 0,5 persen, sedangkan indeks CSI 300 menaik 0,36 persen. Adapun indeks Hang Seng melemah 0,13 persen.
Saham Australia dan Jepang melihat penurunan terbesar di antara pasar utama Asia-Pasifik, sementara indeks Hong Kong dan Cina mengungguli. Ekuitas berjangka AS jatuh dan kontrak Eropa menguat.
Dilansir Bloomberg, musim laporan keuangan perusahaan akan memberikan investor pandangan mengenai seberapa parah dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis. IBM, Infosys Ltd. dan China Mobile Ltd. merilis laporan keuangan pada Senin, diikuti oleh Coca-Cola Co. dan Netflix Inc.
Analis Goldman Sachs Group mengantisipasi bahwa perusahaan-perusahaan Amerika akan mengurangi pengeluaran tahun ini.
Baca Juga
Di China, investor mengambil langkah terbaru untuk mendukung pertumbuhan kredit, dengan bank menurunkan suku bunga utama sebesar 20 basis poin untuk pinjaman satu tahun. Kementerian keuangan juga mengatakan Negeri Panda tersebut akan merilis obligasi khusus senilai 1 triliun yuan (US$141,3 miliar) dalam waktu dekat.
Di AS, Ketua DPR Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin optimis mencapai kesepakatan untuk menambah dana dalam program pinjaman yang bertujuan membantu usaha kecil tetap bertahan.
Terkait dengan virus corona, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan negara mungkin bagian tersebut melewati puncak angka kematian akibat virus. Sementara itu, Italia, Spanyol, dan Inggris terus mencatat penurunan jumlah kematian harian.
"Semakin lama investor harus merenungkan masalah ekonomi di masa depan sementara mereka menunggu lebih banyak negara berada mencatat penurunan kurva pandemi, semakin banyak ruang lingkup terhadap aset berisiko di masa depan,” kata Chris Iggo, CIO Core Investments di AXA Investment Managers UK Ltd.