Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi dan Rusia mengisyaratkan adanya peluang untuk mengurangi produksi minyak lebih lanjut setelah kesepakatan OPEC+ yang baru-baru ini dicapai gagal membendung penurunan harga minyak mentah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Energi Rusia Alexander Novak dan Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis setelah berkomunikasi melalui sambungan telepon.
“Kedua negara akan terus memantau pasar minyak dengan seksama dan siap untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut bersama dengan OPEC+ dan produsen lain jika ini dianggap perlu,” seperti yang tertulis dalam pernyataan yang dilansir dari Bloomberhg, Jumat (17/4/2020).
Harga minyak telah jatuh lebih dari 10 persen sejak aliansi kelompok negara-negara pengekspor minyak dan negara produsen non-OPEC (OPEC+) pada Minggu (12/4/2020) sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Kendati demikian, pemangkasan bersejarah itu bahkan tidak akan dapat mengimbangi prospek hilangnya permintaan akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Pada Kamis (16/4/2020), OPEC mengatakan pihaknya memproyeksikan permintaan minyak mentah untuk kartel ini akan turun ke level terendah dalam tiga dekade.
Baca Juga
Pernyataan bersama Saudi dan Rusia menggemakan komentar sebelumnya oleh Pangeran bin Salman yang telah mengatakan bahwa negaranya siap untuk memangkas produksi minyak lebih lanjut jika diperlukan ketika aliansi OPEC+ bertemu lagi pada Juni 2020.
"Fleksibilitas dan pragmatisme akan memungkinkan kami untuk terus melakukan lebih banyak apabila harus,” tutur Pangeran bin Salman pada Minggu (12/4).
Bahkan jika negara-negara anggota OPEC sepenuhnya menerapkan bagian dari pengurangan produksi yang disepakati, mereka masih akan memproduksi minyak lebih dari yang dibutuhkan pasar pada kuartal kedua, menurut perkiraan kelompok itu sendiri.
Pada perdagangan Rabu (15/4/2020), harga minyak berjangka West Texas Intermediate ditutup di bawah level US$20 per barel, untuk pertama kalinya sejak 2002.
Minyak WTI bahkan tak berkutik dari level tersebut pada perdagangan Kamis (16/4/2020), setelah permintaan untuk komoditas ini diprediksi akan terjun bebas oleh OPEC.
Jatuhnya harga minyak diketahui sangat membebani Rusia. Pundi-pundi negara akan mendapatkan kurang dari US$1 untuk setiap barel minyak yang diekspor, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Kementerian Keuangan Rusia.