Bisnis.com, JAKARTA - Setelah dinobatkan menjadi produsen timah terbesar dunia pada tahun lalu, emiten tambang logam pelat merah, PT Timah Tbk. justru mencatatkan kinerja yang tidak mengesankan.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan, Rabu (15/4/2020), PT Timah mencetak kerugian sebanyak Rp611,28 miliar pada 2019.
Secara umum, emiten bersandi saham TINS itu sebetulnya mencatat kenaikan pendapatan usaha sebesar 75,2 persen menjadi Rp19,3 triliun secara tahunan. Kenaikan pendapatan diikuti kenaikan beban pokok penjualan sebesar 82,7 persen menjadi Rp18,16 triliun. Walhasil, laba bruto perseroan hanya tumbuh 5,77 persen menjadi Rp1,13 triliun sepanjang 2019.
PT Timah di sisi lain tidak dapat menekan beberapa pos beban, seperti beban umum dan administrasi yang membengkak menjadi Rp1,05 triliun ; beban keuangan juga naik menjadi Rp781 miliar. Adapun bagian atas entitas asosiasi berbalik rugi Rp8,99 miliar.
Dengan demikian, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 sebesar Rp611,28 miliar. Perolehan tersebut sangat berbanding terbalik dengan kinerja 2018 yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 132,29 miliar.
Di sisi lain, liabilitas perseroan meningkat cukup tajam yaitu 66,46 persen menjadi sebesar Rp15,1 triliun dibandingkan dengan total liabilitas 2018 sebesar Rp9,07 triliun. Adapun, liabilitas tersebut terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp11,95 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp3,14 triliun.
Baca Juga
Secara keseluruhan, aset PT Timah meningkat 33,77 persen menjadi Rp20,36 triliun. Kas dan setara kas perseroan per 31 Desember 2019 juga meningkat 103 persen menjadi sebesar Rp1,59 triliun dibandingkan dengan 31 Desember 2018 sebesar Rp784 miliar.