Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab IHSG Naik 1,79 Persen Hari Ini

Investor melihat puncak pandemi di sejumlah negara Eropa menjadi faktor penguatan indeks. Di samping itu, prediksi soal kemungkinan Bank Indonesia menurunkan suku bunga juga menjadi salah satu sentimen.
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis,com, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan parkir di zona hijau, Selasa (14/4/2020). Aksi jual investor asing mewarnai penguatan indeks.

IHSG terpantau parkir dengan manis di level 4.706,49 setelah menguat 82,597 poin atau 1,79 persen hari ini. Adapun sepanjang perdagangan indeks bergerak pada rentang 4.624,20—4.706,49. 

Sebanyak 262 saham menguat, 143 saham melemah, dan 137 lainnya stagnan. Total transaksi yang terjadi mencapai Rp6,03 triliun dengan 7,06 miliar saham diperdagangkan. 

Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih hingga Rp426,99 miliar di seluruh pasar.  Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi salah satu saham yang paling banyak dilego asing. 

Total aksi jual saham perbankan jumbo ini mencapai Rp185,51 miliar. Adapun BBCA akhirnya berhasil mengakhiri lajunya dengan penguatan 0,27 persen setelah bergerak di zona merah sepanjang perdagangan sesi II.

Di sisi lain, saham BBRI, BRPT, TLKM, CPIN, dan HMSP menjadi saham yang memimpin penguatan hari ini.  Dengan kenaikan masing-masing 4,7 persen, 8,8 persen, 1,9 persen, 7,4 persen, dan 2,7 persen. Sebaliknya, saham POLL, BTPS, GGRM, BTPN, dan MPRO menjadi penekan pasar.

Direktur PT Mega Anugrah Investama Hans Kwee mengatakan pasar perlu berhati-hati sebab selama beberapa waktu belakangan setiap kenaikan IHSG hampir selalu diwarnai oleh aksi jual oleh asing.

“Mereka memanfaatkan momentum ini untuk profit taking,” ujar Hans, saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/4/2020)

Dia menyebut mulai tumbuhnya harapan para investor melihat puncak pandemi di sejumlah negara Eropa menjadi faktor menguatnya pasar. Selain itu, prediksi soal kemungkinan Bank Indonesia menurunkan suku bunga bisa menjadi salah satu sentimen.

Sementara itu hanya berselang beberapa menit setelah pasar tutup, Bank Sentral baru mengumumkan bahwa berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur, BI mempertahankan suku bunga acuan tetap pada level 4,50 persen. 

Hans menilai ada dua strategi yang diterapkan BI. Strategi pertama adalah jika BI kembali memangkas suku bunga, ini dinilai bertujuan untuk memberi stimulus bagi sektor riil yang diharapkan dapat menopang pasar. 

“Tapi sepertinya BI kemudian melihat toh sektor riil memang sulit untuk berjalan di situasi ini,” imbuhnya.

Adapun strategi kedua, yang dipilih BI, yakni mempertahankan suku bunga, disebut Hans juga dapat memberikan sentimen baik bagi pasar karena suku bunga yang tak bergeming berpotensi membuat rupiah menguat.

“Suku bunga tidak turun, berarti yield akan tetap tinggi dan bisa menarik dana asing masuk. Ini juga bagus buat pasar,” tutur Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper