Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Melonjak, Ini Penyebabnya

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka emas melonjak 2,9 persen ke level US$1.742,60 per troy ounce, level tertinggi sejak November 2012, dan diperdagangkan di level US$1.729,20 pukul 8.03 pagi waktu Singapura.
Emas./Bloomberg-Akos Stiller
Emas./Bloomberg-Akos Stiller

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak pada perdagangan pagi ini, Selasa (7/4/2020), ketika investor mencermati prospek keruntuhan ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan prospek lebih banyak stimulus di banyak negara.

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka emas melonjak 2,9 persen ke level US$1.742,60 per troy ounce, level tertinggi sejak November 2012, dan diperdagangkan di level US$1.729,20 pukul 8.03 pagi waktu Singapura.

Sementara itu, harga emas di bursa Comex untuk kontrak Juni 2020 terpantau melonjak 1,25 persen atau 21,10 poin ke level US$1.715 per troy ounce pukul 09.25 WIB dan harga emas di pasar spot naik 0,3 persen ke level US$1.665,85.

Daya tarik aset safe haven yang kerap diburu di tengah masa ketidakpastian ini menanjak setelah CEO JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon mengatakan bahwa pandemi virus corona (Covid-19) akan menyebabkan kemerosotan ekonomi yang besar.

“Minimal, kami berasumsi bahwa kondisi itu akan mencakup resesi buruk yang dikombinasikan dengan beberapa jenis tekanan keuangan yang serupa dengan krisis keuangan global 2008,” tutur Dimon dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham pada Senin (6/4/2020).

"Bank kita tidak bisa kebal terhadap tekanan semacam ini,” lanjutnya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Harga emas pun melonjak meskipun aset-aset berisiko membukukan kenaikan yang didorong tanda-tanda menurunnya angka kematian secara harian di beberapa episentrum Covid-19 di dunia.

“Meski ada harapan yang meningkat atas melambatnya pandemi, terdapat cukup banyak keraguan sehingga menyebabkan aset safe haven dalam permintaan yang kuat,” terang Australia & New Zealand Banking Group Ltd., dalam sebuah catatan.

“Sentimen ini diperdengarkan oleh CEO JPMorgan, Jamie Dimon, yang mengatakan bahwa wabah tersebut dapat menyebabkan resesi yang buruk,” tambahnya.

Demi melawan dampak penyakit virus corona dan penutupan aktivitas bisnis, pemerintah dan bank-bank sentral di penjuru dunia telah meluncurkan gelombang dukungan fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Di Amerika Serikat, rancangan undang-undang (RUU) stimulus berikutnya oleh Kongres akan mencapai nilai setidaknya US$1 triliun, menurut Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper