Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Pasar Global: Ekonomi Terancam Memburuk, Bursa AS Jatuh

Indeks S&P anjlok setelah adanya sentimen negatif dari penilaian pejabat AS yang menyatakan potensi dampak dari pandemi Covid-19 akan lebih parah dari dugaan.
Presiden Trump dalam jumpa pers task force penanganan virus Corona/ Bloomberg - Yuri Gripas
Presiden Trump dalam jumpa pers task force penanganan virus Corona/ Bloomberg - Yuri Gripas

Bisnis.com, JAKARTA—Bursa saham Amerika Serikat jatuh untuk ketiga kalinya dalam empat hari karena investor bersiap untuk perlambatan ekonomi yang lebih lama yang kemungkinan akan menghancurkan keuntungan dan dividen perusahaan. Dolar dan US Treasury kembali naik.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (2/4/2020), Indeks S&P anjlok setelah adanya sentimen negatif dari penilaian pejabat AS yang menyatakan potensi dampak dari pandemi Covid-19 akan lebih parah dari dugaan.

Ditambah, Presiden Donald Trump juga telah memperingatkan periode “menyakitkan” akan terjadi di negara Paman Sam tersebut. Adapun Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan model menunjukkan wabah Covid-19 belum akan mencapai puncaknya sampai akhir April ini.

Dennis DeBusschere dari Evercore ISI mengatakan pesimisme investor masih sama buruknya dengan sebelumnya.

"Semua estimasi mengenai kapan ini akan berakhir telah muncul, yang berarti akan lebih sulit untuk mencapai target GDP,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (2/4/2020).

Bursa saham AS mengalami masa yang sulit setelah mengalami kuartal terburuk sejak krisis ekonomi 2008 silam. Kerugian dari rekor penurunan S&P 500 mencapai 34 persen, padahal sebelumnya indeks reli tiga ahri berturut-turut sebesar 18 persen.

Sejak itu, indeks turun hampir 5 persen karena tanda-tanda yang ada menunjukkan bahwa penurunan akan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Di sisi lain, bank yang menderita spekulasi terbesar akan terpaksa untuk memotong dividen mereka setelah para pemberi pinjaman dari Eropa seperti HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc menghentikan pembayaran dan pembelian kembali saham (buyback).

Stoxx 600 di kawasan itu merosot, bahkan setelah Uni Eropa meluncurkan stimulus untuk menyelamatkan kondisi selama krisis. Euro memperpanjang penurunannya karena data manufaktur dari wilayah mata uang tunggal itu tak menggembirakan, dengan indeks PMI Italia mengalami penurunan.

Investor yang kecewa dengan hilangnya pendapatan dividen dapat memicu gelombang baru penjualan, apalagi mereka mengetahui bahwa para analis akan segera merevisi perkiraan pendapatan dengan memperhitungkan kemungkinan resesi global dan penurunan harga saham.

Kepala Peneliti Pepperstone Financial Party Ltd. Chris Weston mengatakan pasar melihat ekuitas global dalam bentuk baru, yakni tanpa sokongan buyback dan tanpa dividen. Bahkan, periode ini kemungkinan akan memantik penurunan dalam ekspektasi profit konsensus S&P.

“Kemungkinan akan memicu penurunan  ekspektasi laba konsensus S&P 500 yang terlalu tinggi," katanya.

Sementara itu, harga West Texas Intermediate berfluktuasi sekitar US$20 per barel setelah janji Trump untuk bertemu dengan produsen Arab Saudi dan Rusia yang berseteru untuk mendukung pasar gagal mendorong harga secara substansial.

Berikut ringkasan pasar:
Saham:
Indeks S&P 500 turun 4,4 persen per pukul 16.00 waktu New York.
Indeks Stoxx Europe 600 turun 2,9 persen.
MSCI Asia Pacific Index turun 2 persen.

Mata uang:
Indeks Spot Dollar Bloomberg meningkat 0,7 persen.
Euro turun 0,7 persen menjadi US$1,0949.
Pound Inggris turun 0,2 persen pada level US$1,2393.
Yen Jepang naik 0,4 persen pada level 107,07 per dolar.

Obligasi:
Imbal hasil pada obligasi tenor 10 tahun merosot lima basis poin menjadi 0,62 persen.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Jerman turun tiga basis poin menjadi -0,48 persen.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Inggris menurun lima basis poin menjadi 0,31 persen

Komoditas:
Emas naik 0,3% menjadi US$1,601 per ounce.
Minyak mentah West Texas Intermediate naik 2,2 persen pada level US$20,93 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper