Bisnis.com, JAKARTA – Kendati diprediksi penjualan melambat pada tahun lalu, emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), masih mampu membukukan pertumbuhan positif baik kinerja pendapatan maupun labanya.
Sepanjang 2019, SMRA membukukan kenaikan pendapatan hingga 4,94 persen menjadi sebesar Rp5,94 triliun dibandingkan dengan pendapatan 2018 sebesar Rp5,66 triliun.
Selain itu, perseroan berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tetap mencatatkan kenaikan menjadi sebesar Rp514 miliar, naik 14,7 persen daripada perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp448 miliar.
Sementara itu, BSDE berhasil mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 116,28 persen menjadi sebesar Rp2,79 triliun. Pada 2018, perseroan hanya memperoleh sebesar Rp1,29 triliun.
Adapun, BSDE mengantongi pendapatan usaha Rp7,08 triliun pada 2019, naik 6,79 persen dibandingkan dengan perolehan pada tahun sebelumnya sebesar Rp6,63 triliun.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa kedua emiten properti tersebut berhasil tetap membukukan kinerja positif meskipun pada tahun lalu permintaan diyakini melambat seiring dengan adanya sentimen pemilihan umum.
Baca Juga
Portofolio produk dari kedua emiten properti yang mayoritas merupakan landed house disebut menjadi salah satu faktor utama SMRA dan BSDE tetap mencetakkan pertumbuhan kinerja yang baik.
Namun demikian, Reza menuturkan bahwa emiten properti saat ini masih akan dibayangi prospek permintaan yang rendah akibat sentimen penyebaran virus corona atau COVID-19 yang memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan global.
“Untuk tahun ini, terutama pada Februari hingga April, penjualan properti pasti akan terkontraksi. Selama penyebaran ini masih berlangsung, daya beli masyarakat terutama untuk properti masih akan lemah,” ujar Reza saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (27/3/2020).
Adapun secara jangka panjang, Reza menilai BSDE dan SMRA memiliki kinerja yang prospektif mengingat total land bank kedua emiten itu masih cukup banyak. BSDE tercatat masih memiliki total land bank sebesar 3.803 hektare, sedangkan SMRA memiliki land bank sekitar 1.500 hektare.
Apalagi, kedua saham emiten tersebut saat ini lebih murah dari harga seharusnya. Pada perdagangan Jumat (27/3/2020), BSDE parkir di level Rp740 per saham, menguat 23,33 persen atau 140 poin. Sepanjang 2020, BSDE telah terkoreksi 47,7 persen.
Dalam perdagangan yang sama, SMRA parkir di level Rp430 per saham menguat 7,5 persen atau 30 poin. Secara year to date, SMRA terkoreksi 57,21 persen.
Sementara itu, Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa kinerja keuangan emiten-emiten properti tahun ini dapat dipastikan tidak secemerlang tahun lalu. Tidak hanya karena prospek permintaan yang rendah, hal itu juga disebabkan adanya penerapan standar akuntansi baru yakni PSAK 71, 72 dan 73.
“Ketentuan PSAK baru itu akan membuat standar new normal bagi kinerja-kinerja emiten properti, jadi tahun ini akan wajar jika kinerja keuangan akan menunjukkan pelemahan,” ujar Wawan.
Di sisi lain, Wawan menilai langkah BSDE untuk menambahkan porsi kepemilikannya menjadi 100 persen di entitas anak usaha PT Trans Bumi Sejahtera (PT TBS) yang bergerak dibidang konstruksi jalan tol merupakan hal yang tepat. Diversifikasi usaha tersebut semakin membuat BSDE menarik.
Oleh karena itu, dia merekomendasikan untuk mengumpulkan saham BSDE, apalagi ketika harganya saat ini sudah terlalu murah.