Bisnis.com, JAKARTA – Afrika Selatan akan menutup tambang-tambangnya selama 21 hari. Langkah ini merupakan bagian dari lockdown nasional yang diumumkan oleh Presiden Cyril Ramaphosa demi membendung penyebaran virus corona (Covid-19).
Langkah tersebut sekaligus menggarisbawahi parahnya krisis kesehatan yang sedang berkembang di negara yang ekonominya bergantung pada pertambangan emas ini.
Meski industri pertambangan telah menurun, Afrika Selatan berkontribusi atas 75 persen platinum dunia dan 38 persen pasokan paladium. Tanah kelahiran tokoh dunia Nelson Mandela ini juga menghasilkan mineral mulai dari mangan hingga krom dan bijih besi.
“Ini sesuatu yang tidak terjadi dalam sejarah penambangan di Afrika Selatan,” ujar Roger Baxter, CEO Dewan Mineral Afrika Selatan, seperti dilansir Bloomberg.
“Ada saat-saat tertentu ketika komponen-komponen industri ditutup, misalnya selama Perang Dunia kedua, tetapi langkah ini belum pernah terjadi sebelumnya,” terangnya.
Dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi, Presiden Ramaphosa mengatakan tentara Afrika Selatan akan membantu kepolisian untuk menegakkan lockdown yang akan dimulai pada Kamis tengah malam waktu setempat.
Baca Juga
Pedagang grosir, apotek, bank, dan pos pengisian bahan bakar akan diizinkan untuk tetap berjalan, sementara Bursa Efek Johannesburg dan layanan penting lainnya dapat terus beroperasi.
“Perusahaan-perusahaan yang operasinya membutuhkan proses berkelanjutan seperti furnace (tungku pembakaran), operasi tambang bawah tanah akan diminta untuk membuat pengaturan perawatan dan pemeliharaan demi menghindari kerusakan pada operasi berkelanjutan mereka,” lanjut Ramaphosa.
Di sisi lain, Harmony Gold Mining Co., produsen emas batangan terbesar dalam hal volume di negara itu, mengatakan langkah penutupan tersebut akan "berdampak negatif" pada target produksi emasnya yang sebesar 1,4 juta ons dan pada capaian laba 2020.