Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu Direksi PT Adaro Energy membeli saham perseroan senilai Rp967,5 juta pada perdagangan Kamis (19/3/2020).
Dalam keterbukaan informasi Jumat (20/3/2020), perusahaan melaporkan bahwa Direktur Adaro Chia Ah Hoo membeli saham perusaan sebanyak 1,5 juta saham. Harga transaksi Rp645 per saham, sehingga total transaksi mencapai Rp967,5 juta.
Jumlah saham Chia Ah Hoo setelah transaksi mencapai 10,59 juta saham, dari sebelumnya 9,09 juta saham. Persentase kepemilikannya diperseroan sebesar 0,03 persen.
Sementara itu, pada perdagangan hari ini pukul 14.28 WIB, saham ADRO menguat 14,73 persen atau 95 poin menjadi Rp740. Harga bergerak di dalam rentang Rp610 – Rp800.
Sepanjang tahun berjalan, saham ADRO sudah terkoreksi 52,09 persen. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp23,83 triliun.
Sementara itu, Adaro Energy mencatatkan laba bersih senilai US$404,19 juta pada 2019, terkoreksi tipis 3,23 persen year on year (yoy) dari sebelumnya US$417,72 juta.
Baca Juga
Mengutip data Bloomberg, raihan laba bersih Adaro pada 2019 di bawah estimasi konsensus yang memprediksi sebesar US$470,67 juta.
Pendapatan perusahaan mencapai US$3,46 miliar pada akhir tahun lalu, terkoreksi 5 persen yoy dari sebelumnya US$3,62 miliar. Raihan pendapatan itu lebih tinggi dari estimasi konsensus yang memprediksi senilai US$3,36 miliar.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan pihaknya gembira dengan kinerja perusahaan pada tahun 2019.
Pasalnya, di tengah pasar yang sulit, perseroan berhasil mencetak kinerja finansial yang solid berkat pertumbuhan volume tahunan yang tinggi dan pengendalian biaya yang berkelanjutan.
“Suksesnya penerbitan obligasi PT Adaro Indonesia dan dimulainya operasi PLTU 2x100 MW PT Tanjung Power Indonesia menandai beberapa pencapaian kami pada tahun 2019," paparnya dalam siaran pers, Selasa (3/3/2020).
Garibaldi 'Boy' Thohir memperkirakan pada tahun 2020 pasar akan tetap sulit dan perusahaan akan melanjutkan fokus terhadap upaya peningkatan keunggulan operasional, pengendalian biaya dan efisiensi, serta eksekusi strategi demi kelangsungan bisnis.
Pada 2019, harga jual rata-rata batu bara turun 13 persen. Namun, penurunan harga jual rata-rata itu dikompensasi dengan kenaikan 9 persen pada penjualan batu bara menjadi 59,19 juta ton.
Perusahaan juga mencatat peningkatan produksi 7 persen menjadi 58,03 juta ton, atau melebihi panduan yang ditetapkan pada kisaran 54 juta - 56 juta ton. Kinerja operasional yang tinggi dan permintaan yang solid bagi batu bara Adaro mendukung peningkatan ini.
Berikut ringkasan kinerja keuangan Adaro Energy pada 2019
- ADRO mencatat EBITDA operasional sebesar US$1,207 miliar, atau sedikit melebihi target EBITDA operasional 2019 yang ditetapkan pada kisaran AS$1 miliar – 1,2 miliar.
- Laba inti ADRO tetap kuat pada US$635 juta, yang mencerminkan kinerja yang tinggi dari bisnis inti serta keunggulan operasional.
- Belanja modal bersih selama 2019 tercatat sebesar US$489 juta, sejalan dengan panduan tahun 2019 yang ditetapkan sebesar US$450 juta sampai dengan US$600 juta.
- ADRO menghasilkan arus kas bebas yang tinggi sebesar US$566 juta pada tahun 2019 yang menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan arus kas lebih dari operasi perusahaan.
Berikut ringkasan panduan Adaro Energy pada 2020
- Produksi: 54 Mt – 58 Mt
- Nisbah kupas konsolidasi: 4,30 kali
- EBITDA operasional: US$900 juta – US$1,2 miliar
- Belanja modal: US$300 juta – US$400 juta