Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Lalu, IHSG Alami Kinerja Mingguan Terburuk Sejak 2008

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG anjlok hingga 10,75 persen sepanjang pekan lalu. Ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak Oktober 2008.
Pengunjung mengamati layar monitor yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi disuspensi setelah 15 menit perdagangan dimulai. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di 4.650,58 melemah 5,01 persen atau 245,17 poin./Dedi Gunawan
Pengunjung mengamati layar monitor yang menampilkan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa efek Indonesia di Jakarta, Jumat (13/3). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi disuspensi setelah 15 menit perdagangan dimulai. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di 4.650,58 melemah 5,01 persen atau 245,17 poin./Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pekan terburuknya sejak tahun 2008 hingga anjlok di bawah level 5.000 sepanjang perdagangan 9-13 Maret 2020.

IHSG tak mampu selamat dari penurunan tajam karena hanya menguat dalam 2 dari 5 hari perdagangan pekan lalu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG anjlok hingga 10,75 persen sepanjang pekan lalu. Ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak Oktober 2008.

Selain itu, perdagangan di BEI juga mengalami penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit sebanyak dua kali karena IHSG merosot lebih dari 5 persen.

Penghentian perdagangan sesuai dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta keputusan Direksi BEI perihal perubahan panduan penanganan perdagangan di bursa dalam kondisi darurat. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.

Perdagangan di BEI pertama kali dihentikan pada Kamis (12/3) pukul 15.33 WIB saat IHSG anjlok 5,01 persen. Karena waktu normal perdagangan di bursa hanya sampai pukul 16.00 WIB, posisi saat itu menjadi level penutupan IHSG pada Kamis.

Esoknya, Jumat (13/3), IHSG kembali mengalami trading halt selama 30 menit di awal perdagangan setelah kembali merosot 5,01 persen. Beruntung, IHSG mampu pulih dan ditutup menguat 0,24 persen pada hari itu setelah pemerintah mengumumkan paket stimulus kedua untuk menghadapi dampak ekonomi sebagai imbas penyebaran virus corona (Covid-19).

Volume perdagangan saham sepanjang pekan lalu mencapai 31,65 miliar lembar saham, dengan nilai perdangan mencapai Rp39,11 triliun.

Seiring dengan pelemahan IHSG, nilai kapitalisasi pasar juga anjlok menjadi Rp5.678,28 triliun pekan lalu dari Rp6.356,91 triliun pekan sebelumnya. Adapun rata-rata price to earning ratio (PER) emiten sepanjang pekan lalu mencapai 14,02.

Seluruh 9 sektor pada indeks membukukan kinerja negatif pekan lalu, dengan pelemahan terbesar dialami oleh sektor industri dasar yang anjlok 18,68 persen, disusul sektor pertanian yang melemah 17,45 persen.

Sementara itu, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai sekitar Rp1,3 triliun sepanjang pekan lalu.

Aksi beli saham tercatat mencapai 6,09 miliar lembar senilai Rp16,733 triliun, sedangkan aksi jual saham oleh investor asing mencapai 6,94 miliar lembar saham dengan nilai Rp18,033 triliun.

Pada perdagangan pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak positif. Sejumlah sentimen eksternal dari Amerika Serikat akan membuat investor yakin kembali masuk ke pasar modal.

"Koreksi mungkin akan terjadi di akhir-akhir pekan setelah kenaikan awal pekan. Kami perkirakan support IHSG di level 4.850 sampai 4.639 dan resistance di level 4.937 sampai 5.040," tulis Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama dalam riset yang diterima Bisnis, Sabtu (14/3/2020). 

Stimulus positif itu yakni rencanan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan Amerika. The Fed juga akan mulai membeli obligasi treasuri di semua tenor, yang dimulai dengan obligasi 30 tahun. Kebijakan ini memberikan sentimen positif pada pasar keuangan Amerika dan dunia.  

Meski begitu larangan turis Eropa masuk ke wilayah Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump mengejutkan pelaku pasar. Langkah ini menurunkan risiko penyebaran virus corona namun dipandang menjadi ancaman bagi bisnis dan ekonomi global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper