Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Janjikan Stimulus, Harga Minyak Rebound

Minyak mentah rebound dari pelemahan terbesar dalam 29 tahun terakhir di tengah harapan pemerintah AS akan melakukan intervensi untuk melindungi ekonmi dari dampak virus corona dan perang harga produsen minyak.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah rebound dari pelemahan terbesar dalam 29 tahun terakhir di tengah harapan pemerintah AS akan melakukan intervensi untuk melindungi ekonomi dari dampak virus corona dan perang harga  minyak.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April menguat US$3,23 ke level US$34,36 per barel di bursa Nymex pada Selasa (10/3/2020), lonjakan terbesar sejak serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada September tahun lalu.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Mei ditutup menguat 8,3 persen atau US$2,86 ke level US$37,22 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Dilansir dari Bloomberg, investor berekspektasi terhadap berita bahwa Presiden Donald Trump mempertimbangkan langkah-langkah termasuk pemotongan pajak penghasilan dan bantuan terhadap bisnis yang tertekan dampak Covid-19 seperti maskapai penerbangan dan operator kapal pesiar.

Namun Trump tidak muncul di dalam pengarahan Gedung Putih terhadap wabah Covid-19 pada hari Selasa, setelah berjanji sehari sebelumnya ia akan mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan paket stimulus ekonomi utama.

Trump hanya membuat pernyataan singkat dan menjawab sejumlah pertanyaan setelah bertemu dengan para senator partai Republik di Capitol, tetapi tidak merinci rencana stimulus.

"Pasar reli pada ekspektasi adanya stimulus fiskal oleh Gedung Putih, namun fundamental masih sangat lemah," kata Rebecca Babin, pedagang ekuitas senior di CIBC Private Wealth Management, seperti dikutip Bloomberg.

AS telah meningkatkan tanggapannya terhadap perang harga minyak yang dilakukan oleh Rusia dan Arab Saudi ketika aliansi OPEC+ gagal mencapai kesepakatan pemotongan produksi dan mengancam industri minyak shale AS.

AS menangguhkan rencana penjualan 12 juta barel minyak dari cadangan darurat negara. Trump juga berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, melalui telepon sebelum ia meningkatkan tensi perang harga minyak pada Selasa dengan meningkatkan produksi.

Kepala perdagangan energi over-the-counter LPS Partners, Mike Hiley, mengatakan keterlibatan AS dalam konflik minyak merupakan hal yang positif.

"Jelas mereka (AS) khawatir pergerakan harga ini mengancam kelangsungan industri minyak shale AS," ungkap Mike.

Sementara itu, perusahaan milik pemerintah Arab, Saudi Aramco, menyatakan akan meningkatkan produksi sebesar 12,3 juta barel per hari di bulan April, melebihi tingkat produksi berkelanjutan maksimum kerajaan, setelah memangkas harga minyak mentah resmi pada akhir pekan lalu.

Produsen minyak terbesar Rusia mengatakan akan meningkatkan produksinya bulan depan, meskipun Menteri Energi Alexander Novak mengatakan bahwa kerjasama lebih lanjut dengan OPEC tetap mungkin terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper