Bisnis.com, JAKARTA – PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. meraih kontrak baru sebesar Rp3,4 triliun sepanjang dua bulan pertama tahun ini. Tambahan kontrak baru membuat total kontrak dihadapi atau order book mencapai Rp72 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PP Agus Purbianto mengatakan perolehan kontrak sampai dengan Februari ini meningkat sekitar Rp1 triliun dibandingkan dengan perolehan kontrak pada Januari yang mencapai Rp2,46 triliun.
“Perolehan kontrak baru sampai dengan Februari 2020 mencapai Rp3,4 triliun,” katanya kepada Bisnis, Senin (9/3/2020).
Dia menjelaskan, dua kontrak proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) senilai Rp2,25 triliun sudah didapatkan pada Januari. Pada periode yang sama, perseroan juga mendapatkan kontrak dari anak usaha—PP Urban dan PP Properti—dengan nilai total Rp216 miliar.
Memasuki Februari, emiten berkode saham PTPP ini kembali mendapatkan kontrak senilai Rp205 miliar dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sei Pancang di Kalimantan Utara.
Selain itu, perseroan mendapatkan proyek Jalan Kendari-Toronipa Tahap II di Sulawesi Tenggara senilai Rp412 miliar. Ada pula, kontribusi kontrak dari anak perusahaan yang sedikitnya mencapai Rp373 miliar pada Februari.
Emiten bersandi saham PTPP itu menargetkan total kontrak baru sepanjang tahun ini mencapai Rp40 triliun. Adapun, hingga akhir kuartal I/2020 atau akhir Maret target kontrak baru diperkirakan mencapai Rp6,5 triliun. Agus mengatakan potensi kontrak yang saat ini masih dalam proses tender mencapai sekitar Rp9,1 triliun.
Dampak virus corona
Meski tetap optimistis dengan capaian target kontrak baru pada tahun ini, Agus mengatakan terdapat sejumlah tantangan di awal tahun ini. Salah satu tantangannya adalah merebaknya virus corona yang dikhawatirkan akan memengaruhi kinerja perseroan.
Dari sisi operasional, lanjutnya, virus corona dinilai dapat memberi dampak negatif karena perseroan memiliki beberapa proyek yang bekerja sama dengan China, khususnya kontrak proyek rekayasa, pengadaan, dan konstruksi atau engineering, procurement, construction (EPC).
“Corona ini mempengaruhi operasional karena beberapa proyek bekerja sama dengan China, maupun khususnya proyek EPC, sehingga terhambatnya mobilitas menyebabkan progres belum bisa optimum,” jelasnya.
Hal ini juga dinilai akan memberikan dampak terhadap perolehan kontrak baru, khususnya yang berasal dari belanja modal perusahan yang akan memberi kontrak. Kekhawatiran terhadap virus corona membuat mereka cenderung menghitung ulang kembali rencana belanja modal pada tahun ini.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa sejauh ini kekhawatiran terhadap virus corona belum memengaruhi target kinerja perseroan pada 2020. Dia menuturkan perseroan juga sudah menyiapkan rencana darurat atau contingency plan untuk mengantisipasi hal itu.
“Saat ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan [dampaknya terhadap target], karena tim kami tentunya juga menyiapkan contingency plan,” ujarnya.