Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang mengakhiri pergerakannya dengan variatif pada perdagangan hari ini, Rabu (12/2/2020), saat investor mencermati dampak wabah virus corona (coronavirus) Covid-19 terhadap kinerja laba korporasi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir di level 1.718,92 dengan koreksi tipis 0,04 persen atau 0,72 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (10/2/2020), sehari sebelum libur nasional Jepang pada Selasa (11/2/2020), Topix berakhir di posisi 1.719,64 dengan pelemahan 0,72 persen atau 12,50 poin.
Saham Canon Inc. dan Astellas Pharma Inc. yang masing-masing terkoreksi 2,44 persen dan 1,87 persen menjadi penekan utama koreksi Topix pada Rabu (12/2).
Berbanding terbalik dengan Topix, indeks Nikkei 225 mampu ditutup di zona hijau yakni level 23.861,21 dengan penguatan 0,74 persen atau 175,23 poin pada perdagangan Rabu.
Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei, 88 saham berhasil menguat, 130 saham melemah, dan 7 saham lainnya stagnan.
Baca Juga
Saham SoftBank Group Corp. dan Tokyo Electron Ltd. yang masing-masing menanjak 11,89 persen dan 3,49 persen menjadi pendorong utama penguatan Nikkei 225 hari ini.
Pada Rabu (12/2), Kementerian Kesehatan Jepang mengonfirmasikan 39 kasus terinfeksi virus corona lebih lanjut di kapal pesiar Diamond Princess yang tengah dikarantina di Yokohama. Dengan demikian, total kasus terinfeksi virus corona dari kapal itu menjadi 174 orang.
Sementara itu, pada Selasa (11/2), Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan pernyataannya di depan Kongres AS bahwa bank sentral AS ini mengawasi dengan cermat dampak dari wabah virus corona serta melihat risikonya terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan global.
“Isu terkait virus ini melampaui [pemberitaan] laba korporasi Jepang yang belum sebagus itu akhir-akhir ini,” ujar Hajime Sakai, chief fund manager di Mito Securities, Tokyo.
“Akan membutuhkan waktu bagi saham-saham lokal untuk mengejar ketertinggalannya dengan saham-saham global, mengingat bagaimana Jepang secara geografis lebih dekat ke China,” tambahnya.
Di sisi lain, ia juga mencatat bahwa pasar secara keseluruhan menjadi “lebih tangguh” terhadap berita tentang jumlah kasus terinfeksi baru.