Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk. terus memacu diversifikasi bisnis melalui hilirisasi batu bara.
Seperti dikutip dari keterbukaan informasi, emiten dengan kode saham PTBA tersebut memiliki cadangan batu bara tertambang sebesar 3,33 miliar ton dan sumber daya sebesar 8,17 miliar ton.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa perseroan semakin berkomitmen dalam melakukan kegiatan operasional dan akan terus menggenjot produksi dan penjualan batu bara.
“Ketersediaan batu bara itu akan menjamin diversifikasi bisnis melalui hilirisasi batu bara,” ujar Arviyan seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Selasa (4/2/2020).
PTBA telah melakukan pencanangan hilirisasi di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone Tanjung Enim pada Maret 2019 dengan menggandeng Air Products sebagai investor upstream dan downstream dengan total investasi mencapai US$3,2 miliar.
Dalam pabrik tersebutlah batu bara akan diubah menjadi produk lain dengan teknologi gasifikasi menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG). DME tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga dapat mengurangi impor gas untuk LPG.
Saat ini studi kelayakan pabrik sudah selesai dan telah masuk ke tahap FEED dan EPC. Adapun, pabrik tersebut direncanakan beroperasi pada akhir 2023 dan dapat memproduksi 1,4 juta ton DME, 300 ribu ton Methnol, dan 250 ribu ton MEG.
“Hilirisasi ini sesia dengan corporate tagline kami Beyond Coal di mana Bukit Asam mulai melakukan transformasi untuk memberikan nilai tambah batu bara dengan mengolah menjadi produk akhir seperti DME, Methanol, dan MEG,” ujar Arviyan.
Selain itu, PTBA juga akan menjalankan proyek pengembangan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 di Muarea Enim an PLTU Feni Halmahera Timur. PLTU Sumsel 8 memiliki kapasitas 2x620 megawatt dan dikelola oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium antara Bukit Asam dengan China Huadian Hongkong Ompany Ltd.
Proyek PLTU tersebut masih dalam tahap konstruksi yang diperkirakan memerlukan waktu selama 42 bulan untuk Unit I dan 45 bulan II.
Adapun, proyek tersebut telah memulai konstruksinya sejak Juni 2018 dan ditargetkan beroperasi secara komersil pada 2021 untuk Unit I dan Unit II pada 2022 dengan total kebutuhan batu bara sebesar 5,4 juta ton per tahun.
Sementara itu, PLTU Feni Halmahera Timur memiliki kapasitas 2x45 megawatt yang dibangun oleh PTBA dengan PT Aneka Tambang Tbk. Hingga saat ini, feasibility study untuk proyek tersebut telah selesai dilakukan dan akan dilanjutkan dengan pembentukan Joint Venture Company.
Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan pasokan batu bara sebesar 330.000 ton per tahun. Artinya, dari kedua PLTU, PTBA bisa memasok batu hitam sekitar 5,7 juta ton.