Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah manajer investasi tetap optimistis kinerja reksa dana saham sepanjang tahun ini berada dalam tren positif kendati diwarnai oleh sejumlah sentimen negatif. Siasat apa yang mereka gunakan untuk mengoptimalkan kinerja produk turunan saham itu?
Sejumlah manajer investasi tetap optimistis kinerja reksa dana saham sepanjang tahun ini berada dalam tren positif kendati diwarnai oleh sejumlah sentimen negatif. Siasat apa yang mereka gunakan untuk mengoptimalkan kinerja produk turunan saham itu?
Data PT Infovesta Utama menunjukkan bahwa hingga 24 Januari 2020 (year to date/ytd), return reksa dana saham yang tercermin melalui Infovesta Equity Fund Index 90 tercatat -3,57 persen atau underperform dari indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tercatat -0,88 persen. Hingga Kamis (30/1), IHSG tercatat -3,84 persen
Kinerja reksa dana saham paling terpuruk di antara indeks reksa dana terbuka lainnya. Adapun, indeks reksa dana campuran tercatat -1,02 persen, indeks reksa dana pasar uang 0,36 persen, dan indeks reksa dana pendapatan tetap tercatat 1,97 persen.
Mengapa kinerja indeks reksa dana saham masih berada di zona merah sepanjang Januari ini? Padahal, para manajer investasi (MI) sebelumnya memperkirakan bahwa kinerja reksa dana saham pada tahun ini akan masuk musim semi. Indeks reksa dana saham dinilai bakal rebound ke zona positif setelah pada tahun lalu menjadi satu-satunya yang berkinerja negatif, yakni -8,41 persen.
Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, mengatakan selain karena virus Corona, banyaknya kasus yang terkait dengan pengelolaan reksa dana dalam beberapa bulan terakhir turut mengerek turun kinerja pasar saham.
Baca Juga
Secara detail, berdasarkan data yang Bisnis himpun, pada paruh kedua tahun lalu, otoritas pasar modal melakukan suspensi terhadap produk-produk reksa dana besutan PT Minna Padi Aset Manajemen, yang dilanjutkan dengan pembubaran 6 produk reksa dana itu lantaran tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Dampaknya, OJK mewajibkan seluruh stakeholder perseroan yang terlibat untuk mengikuti penilaian kembali uji kelayakan dan kepatuhan.
Kasus lainnya adalah suspensi dua produk reksa dana Narada Aset Manajemen yaitu Narada Saham Indonesia dan Narada campuran I yang kinerjanya anjlok karena gagal membayar pembelian beberapa efek saham hingga Rp177,78 miliar.
Selanjutnya, OJK juga menegur PT Pratama Capital Asset Management dengan perintah larangan menjual reksa dana selama 3 bulan karena melanggar batasan maksimal kepemilikan efek.
Adapun, jelang tutup tahun, surat himbauan datang kepada MNC Asset Management terkait dengan penyesuaian komposisi portofolio. Sebanyak 7 produk reksa dana dari Grup MNC ini terkena suspensi untuk sementara. Ditambah, kasus investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero) yang menyeret sejumlah manajer investasi.
Dengan adanya sentimen tersebut, langkah apa yang akan diambil manajer investasi?
PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) mengambil sikap defensif di tengah negatifnya kinerja reksa dana Tanah Air. Anak usaha dari Mandiri Sekuritas ini mengandalkan saham-saham berkapitalisasi tinggi untuk dijadikan aset dasar reksa dana saham.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa menilai berbagai sentimen negatif yang melingkupi IHSG hanya sementara dan bukan sesuatu yang akan mengubah kondisi fundamental sehingga manajer investasi tidak perlu panik, tetapi tetap harus waspada.
Memilih Saham Big Caps
Untuk itu, MMI dalam hal ini mengamankan kinerjanya dengan memasukkan saham-saham big caps pada portofolionya. “Untuk lebih defensif maka saham-saham yang berkapitalisasi besar masih akan menjadi pilihan,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (30/1).
Alvin juga masih optimistis sentimen negatif yang merupakan kombinasi dari merebaknya virus Corona dan kasus yang menimpa beberapa institusi investasi ini sifatnya hanya sementara. Menurutnya, potensi rebound di pasar saham masih ada.
Adapun, PT Avrist Asset Management juga masih meyakini kinerja reksa dana saham akan berbalik menjadi positif, meskipun data sepanjang tahun berjalan ini masih masih menunjukkan kinerja negatif. Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan mereka akan fokus membeli saham dengan fundamental dan valuasi yang baik sebagai strategi manajemen risiko portofolio reksa dana saham perseroan.
“Diharapkan imbal hasil jangka panjang menjadi optimal walaupun dalam jangka pendek tetap akan ada fluktuasi,” tambahnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (30/1).
Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan bahwa potensi kinerja reksa dana saham untuk kembali ke arah positif masih cukup terbuka.
Terkait dengan strategi, untuk mengoptimalkan kinerja produk reksa dana saham, perseroan akan memilih saham-saham yang secara regular memberikan dividen untuk dijadikan aset dasar. Salah satunya adalah saham-saham milik BUMN. “Prinsip kami jangan mengambil risiko yang tidak perlu.”
Sempat Ada Kegelisahan
Direktur Pemasaran dan Produk Bahana TCW Rukmi Proborini menambahkan bahwa kasus-kasus terkait dengan reksa dana saham tidak berdampak signifikan terhadap perseroan. “Bisa dicek, sejauh ini enggak ada redemption, subscription juga masih normal masih terus bertambah,” katanya.
Meskipun demikian, dia tidak menampik sempat ada kegelisahan dari para pembelinya, terutama para pembeli baru. Ketika kasus-kasus tersebut merebak, banyak dari mereka yang meminta penjelasan mengenai transparansi investasi di Bahana TCW.
Sementara itu, PT Panin Asset Management belum berencana mengubah target kinerja reksa dana sahamnya kendati saat ini kinerja reksa dana saham Tanah Air masih belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto menyadari saat ini reksa dana saham memang tengah dikelilingi banyak sentimen negatif, terutama dengan merebaknya virus Corona yang berdampak terhadap pelemahan pasar.
Namun, menurutnya, hal tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja dalam jangka panjang, apalagi jika wabah virus tersebut dapat segera teratasi. “Ini memang masih akan menjadi risiko untuk sementara waktu, tapi berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya sepanjang [virusnya] sudah bisa dikendalikan, itu [sentimen negatif] bisa hilang dengan sendirinya,” katanya saat dihubungi Bisnis.
Untuk mengamankan kinerja reksa dana sahamnya, Rudiyanto mengaku tidak menerapkan strategi khusus selain mengandalkan saham-saham dengan valuasi murah di sektor properti, keuangan, komoditas, dan konsumsi.
Adapun, mengenai sentimen negatif dari berbagai kasus yang melibatkan pengelola investasi, Rudiyanto menganggap hal tersebut tidak lebih berdampak dibandingkan dengan wabah virus Corona.
Dia menyebut kasus-kasus tersebut hanya membuat kepercayaan terhadap pasar modal sedikit berkurang, tetapi tidak terlalu memberikan efek pada penurunan harga. Dia berharap pihak berwajib segera menuntaskan kasus-kasus tersebut agar kepercayaan investor pulih.