Bisnis.com, JAKARTA – Memburuknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, anjloknya nilai saham disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar negeri. Secara domestik, saat ini pasar belum memiliki sentimen positif yang berarti baik dari pemerintah maupun pelaku usaha.
Sementara itu, penyebaran Virus Corona cukup mengkhawatirkan secara global turut meningkatkan ketidakpastian. Akibat hal tersebut, sikap investor saat ini lebih condong pada mencermati dampak lanjutan wabah ini terhadap perekonomian.
Secara teknikal pelemahan IHSG akan berlanjut dalam jangka waktu 1 hingga 2 bulan ke depan. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya penguatan saham pada pekan pertama bulan Februari .
“Penguatan nilai saham minggu depan lebih ke technical rebound. Kisaran nilainya antara 5.850 sampai 6.050,” katanya saat dihubungi pada Jumat (31/1/2020).
Dennies melanjutkan, penguatan nilai saham pada pekan depan diprediksi tidak akan berlangsung lama. Penguatan disebebkan saat ini sudah memasuki fase jenuh jual.
Ke depannya, Dennies menyarankan para investor lebih cermat dalam memilih saham. Saham dengan fundamental-fundamental yang baik patut menjadi pertimbangan.
“Utamanya saham dengan fundamental yang bagus dan juga bluechip. Untuk pekan depan, saham TOWR dan BRPT patut diperhatikan,” lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy. Menurutnya, selain kekhawatiran terhadap Virus Corona, ketidakpastian pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kelanjutan pasca Inggris keluar dari zona ekonomi Eropa juga turut memainkan peran dalam anjloknya IHSG.
“Sentimen negatif ini juga ditambah dengan terdepaknya saham-saham bluechip seperti INDY,MEDC, TPIA, ITMG, dan JSMR dari indeks LQ45 dan IDX30,” katanya.
Pada bulan Februari, Robertus mengatakan indeks berpotensi rebound untuk menguji resisten pada tingkat 6.000 hingga 6.030. Penguatan ini ditopang oleh proyeksi inflasi Indonesia pada Januari 2020 yang diperkirakan masih stabil di kisaran 3% year-on-year. Selain itu, pada 5 Februari mendatang juga akan diumumkan data pertumbuhan GDP kuartal IV-2019 yang diperkirakan masih di kisaran 5% year-on-year.
Lebih lanjut, pernyataan BI terkait kesiapannya untuk melakukan intervensi nilai tukar Rupiah apabila diperlukan akan menjadi sentiment positif tambahan bagi naiknya IHSG. Hal ini juga ditambah dengan kenaikan peringkat kredit Indonesia versi Japan Credit Rating (JCR) menjadi BBB+.
“Apabila masih melanjutkan pelemahan, saya perkirakan nilai saham mendekati Support pada level 5.880 sampai 5.850,” pungkasnya.
Menurutnya, saham yang layak dilirik ketika market sedang lesu yakni BBCA, TLKM, JSMR dan ADHI