Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG : Ini Sentimen yang Jadi Perhatian Investor Hari Ini

Perhatian pelaku pasar masih tertuju pada wabah virus corona
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak di level 6.000 s.d 6.086. Sejumlah sentimen global dinilai masih akan menjadi perhatia pelaku pasar pada perdagangan Jumat (31/1/2020).

Pilarmas Investindo Sekuritas dalam laporan risetnya melaporkan, pada perdagangan Kamis (30/1/2020), ISHG ditutup melemah 55 poin atau 0,91 persen ke level Rp6.057.  Kemarin, sektor aneka industri, industri dasar, pertambangan, properti, barang konsumsi, infrastruktur, keuangan, perdagangan bergerak negatif dan menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG kemarin. 

Menurut Pilarmas, saat ini perhatian pelaku pasar masih tertuju pada wabah virus corona. Terlebih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah tersebut sebagai keadaan darurat global. Status darurat memberikan kesempatan kepada WHO untuk memobilisasi dukungan keuangan dan politik dari dunia internasional guna mengatasi wabah tersebut. 

Di pasar Eropa, tingkat suku bunga Inggris pada akhirnya tidak mengalami perubahan. Pasalnya, Bank Sentral Inggris menginginkan lebih banyak bukti mengenai kenaikkan ekonomi yang lebih baik. Sejauh ini proyeksi pertumbuhan ekonomi telah dipangkas dari 1,25 persen menjadi 0,75 persen.

Sementara itu, dari dalam negeri, realisasi investasi industri kimia dan farmasi sepanjang 2019 mengalami tekanan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis, realisasi penanaman modal dalam negeri pada industri kimia dan farmasi dari turun 28,8 persen menjadi Rp9,48 triliun. Adapun investasi asing uga turun 23,3 persen menjadi US$1,48 miliar secara tahunan.

"Kami melihat industri kimia dalam negeri mengalami serangan dari impor sedangkan proteksi terhadap [barang] import sangat lemah, baik  proteksi tarif maupun non tarif masih belum diimplementasikan secara komprehensif,” tulis Pilarmas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper