Bisnis.com, JAKARTA - Berbeda dengan komoditas lainnya, sentimen penyebaran virus corona justru mendorong harga karet bergerak lebih tinggi seiring dengan meningkatnya permintaan sebagai bahan untuk dijadikan sarung tangan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (29/1/2020) harga karet untuk kontrak April 2020 di bursa TOCOM ditutup menguat 0,16 persen menjadi 182,5 yen per kilogram. Pada perdagangan sebelumnya, karet berhasil menguat 3,11 persen di saat mayoritas komoditas agrikultur terdepresiasi.
Bahkan, harga karet sempat mencapai level tertinggi di 203,1 yen per kilogram pada perdagangan 14/1/2020. Peningkatan harga tersebut disebabkan oleh menguatnya permintaan karet sebagai bahan baku sarung tangan di tengah penyebaran virus corona.
Wakil Presiden Sri Trang Agro-Industry Pcl Thailand Vitchaphol Sincharoenku mengatakan bahwa pihaknya tengah meningkatkan produksi sarung tangan untuk memenuhi permintaan yang meningkat di China ketika negara itu berjuang melawan wabah virus corona.
“Ini benar-benar mengejutkan kami. Kami tidak membayangkan permintaan akan datang secepat ini,” ujar Vitchaphol seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/1/2020).
Produsen karet terbesar dunia tersebut mengaku pelanggan China mulai melakukan pesanan pada pekan lalu untuk mengamankan pasokan. Pihaknya pun memproyeksi permintaan akan terus tumbuh jika wabah virus terus memburuk.
Baca Juga
Sementara itu, pembuat sarung tangan terbesar di dunia Top Glove Corp Bhd mengharapkan, pertumbuhan penjualan sarung tangan karet akan meningkat menjadi sekitar 25 persen dari target awal sebesar 10 persen -15 persen
Ketua Eksekutif Top Glove Corp Bhd Lim Wee Chai mengatakan bahwa peningkatan tersebut didukung oleh penyebaran virus corona di China yang belum menunjukkan peredaan.
Perkirakan tersebut pun berdasarkan pengalaman perusahaan tersebut sebelumnya selama wabah H1N1, ketika permintaan sarung tangan karet meningkat.
Adapun, pesanan dalam beberapa hari terakhir hampir sama dengan setengah dari penjualan bulanan biasa ke China, sementara pesanan dari Hong Kong dan Taiwan juga meningkat.
“Penurunan penjualan di China dalam beberapa hari terakhir terjadi sementara karena beberapa kantor dalam karantina, kami berharap untuk melihat lebih banyak penjualan sarung tangan pada tahap selanjutnya,” kata Lim.
Di sisi lain, harga karet sesungguhnya tengah berada dalam jalur bullish karena tekanan pada pasokan seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap wabah jamur di negara produsen karet utama.
Menurut data Otoritas Karet Thailand, sekitar 121.600 hektar area karet di Thailand, penghasil dan pengekspor karet terbesar di dunia, kini telah terkena dampak penyakit daun pestalotiopsis. Penyakit itu juga ditemukan di Malaysia, India, Sri Lanka dan Indonesia, di mana sekitar 383.100 hektar terkena dampaknya.
International Tripartite Rubber Council (ITRC) menjelaskan bahwa tingkat keparahan wabah penyakit Pestalotiopsis diperkirakan dapat menurunkan 70 persen - 90 persen produktivitas di daerah yang terkena kasus terburuk dan sekitar 30 persen - 50 persen untuk daerah yang terkena dampak sedang.
Selain itu, harga karet juga naik di tengah kekhawatiran pasar tentang gangguan pasokan seiring dengan cuaca buruk di Thailand. Menurut Departemen Meteorologi Thailand, Negara Gajah Putih itu mungkin mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun.
Adapun, beberapa provinsi di timur laut, wilayah penghasil terbesar kedua Thailand, telah dinyatakan sebagai daerah yang dilanda kekeringan.