Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa melemah untuk sesi keempat berturut-turut pada perdagangan Kamis (23/1/2020), di tengah kekhawatiran atas dampak wabah virus corona baru asal China terhadap ekonomi global.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa melorot 0,7 persen, sesi terburuknya sepanjang tahun ini. Saham-saham yang terekspos China seperti tambang, maskapai penerbangan, hotel, dan barang mewah sama-sama turun tajam.
Saham perjalanan dan liburan mencapai titik terendah sejak pertengahan Desember karena ancaman gangguan virus ini menjelang libur Tahun Baru Imlek.
Adapun saham otomotif mencapai posisi terendah barunya dalam tiga bulan setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tinggi pada impor mobil Uni Eropa jika blok tersebut tidak menyetujui kesepakatan perdagangan.
Sektor bank-bank zona euro ikut tertekan dengan turun sekitar 0,5 persen setelah Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde memperdengarkan komentar yang sedikit lebih dovish daripada yang diperkirakan dalam pertemuan kebijakan pertama ECB tahun ini.
Dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Kamis (23/1) waktu setempat, ECB mempertahankan suku bunga acuannya dan meluncurkan tinjauan kebijakan strategis.
Sementara itu, wabah virus corona (coronavirus) telah memakan 18 korban jiwa dan menginfeksi lebih dari 630 orang. China, salah satu mitra dagang terbesar zona euro, telah memblokade kota tempat virus ini merebak.
Virus corona baru ini menarik perhatian dunia internasional karena kemiripannya dengan virus Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, yang membunuh hampir 800 orang pada 2003.
Kekhawatiran terhadap virus yang mempengaruhi produksi industri di China melemahkan eksportir sumber daya utama Eropa. Sub-indeks sumber daya dasar membukukan hari terburuknya dalam lebih dari tiga bulan.
Namun, sejumlah analis menyuarakan keraguan atas dampak ekonomi jangka panjang dari virus tersebut, dengan mengacu pengalaman pasar untuk cepat bangkit setelah kekhawatiran atas epidemi SARS pada 2003 sempat mendorong aksi jual.
“Hal itu tentu saja menyebabkan kekhawatiran yang meningkat pada saat ini. Di titik ini, kami tidak mengantisipasi bahwa coronavirus akan sama menghancurkannya seperti SARS,” ujar Brian Beitner, managing partner di Chautauqua Capital Management.
Haicheng Li, seorang mitra di Chautauqua, menambahkan bahwa China telah belajar dari pengalaman sebelumnya.
"Negara ini telah belajar dari pengalaman sebelumnya, dan mereka telah mengambil langkah-langkah yang cukup drastis (untuk mengatasi virus),” ungkap Li, dilansir Reuters.