Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wabah Virus Corona Tekan Bursa Hong Kong Jelang Libur Imlek

Wabah virus mematikan di China dan penurunan peringkat oleh Moody’s Investors Services menekan pasar saham di Hong Kong menjelang libur Tahun Baru Imlek.
Bursa Hong Kong
Bursa Hong Kong

Bisnis.com, JAKARTA – Wabah virus mematikan di China dan penurunan peringkat oleh Moody’s Investors Services menekan pasar saham di Hong Kong menjelang libur Tahun Baru Imlek.

Dilansir dari Bloomberg, indeks MSCI Hong Kong merosot 2,3 persen pada Selasa (21/1/2020), tertinggal dari bursa lainnya di Asia. Banyak perusahaan properti mencatat pelemahan terbesar. Adapun indeks Hang Seng terpantau merosot hingga 2,29 persen pada pukul 11.05 WIB.

Saham Hong Kong telah menjadi salah satu indeks terbaik di dunia sejak awal Desember 2019, didorong oleh investor di China, penguatan mata uang lokal dan kesepakatan perdagangan fase pertama AS dan China. Tetapi indeks Hang Seng terhenti di level poin 29.000 pekan lalu sebelum ada lonjakan aksi jual saham bulan ini.

"Investor ingin melepas saham sebelum liburan karena ada begitu banyak berita buruk," kata Jackson Wong, direktur manajemen aset di Amber Hill Capital Ltd, seperti dikutip Bloomberg.

"Tidak pasti bagaimana wabah virus akan berkembang di China selama liburan. Kami memegang lebih banyak uang tunai dan kami menghindari saham yang berhubungan dengan perjalanan serta beberapa saham teknologi yang telah melonjak jauh sebelumnya," lanjutnya.

Saham Wynn Macau Ltd. dan Hang Lung Properties Ltd memimpin penurunan pada indeks MSCI Hong Kong, masing-masing merosot lebih dari 3,4 persen. Sementara itu, saham China Life Insurance Co melemah 4,3 persen dan menjadi penekan utama indeks Hang Seng.

"Kebanyakan orang hanya memiliki informasi yang sangat terbatas tentang virus ini, dan terlalu dini untuk mengatakan seberapa seriusnya virus itu, sehingga masuk akal bagi sejumlah pihak untuk bersikap defensif pada saat ini," kata Chi Man Wong, analis China Galaxy International Financial Holdings Ltd.

Dia menambahkan, menurunan peringkat oleh Moody kemungkinan tidak memiliki dampak regional karena langkah itu ditandai oleh penurunan prospek peringkat Hong Kong pada September lalu. Sejak saat itu, ekonomi Hong Kong telah merosot ke dalam resesi.

Moody mengatakan pada hari Senin bahwa "tidak adanya rencana nyata untuk mengatasi masalah politik atau ekonomi dan sosial di Hong Kong yang muncul ke permukaan dalam sembilan bulan terakhir dapat mencerminkan kapasitas kelembagaan inheren yang lebih lemah daripada yang sebelumnya dinilai oleh Moody."

Berpotensi menambah kinerja buruk untuk saham Hong Kong adalah hari terakhir perdagangan Shanghai – Hong Kong Stock Connect sebelum liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu di China. Pasar ditutup selama dua hari pekan depan di Hong Kong, sementara perdagangan saham dan obligasi di Taiwan telah berhenti untuk liburan.

Investor telah sangat bullish di sebagian besar dunia sejak awal Desember, dibantu oleh meredanya ketegangan perdagangan dan tanda-tanda bahwa stimulus global kemungkinan akan berlanjut. Optimisme di pasar seperti China dan Taiwan akhir-akhir ini sangat kuat.

Namun sentimen tersebut dapat terguncang oleh perkembangan baru pada virus yang berasal dari China. Petugas medis yang terinfeksi menandakan virus dapat lebih mudah ditularkan daripada yang diperkirakan sebelumnya, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan berulangnya wabah Sindrom Pernafasan Akut (SARS) tahun 2003 yang menewaskan hampir 800 orang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper