Bisnis.com, JAKARTA - Pasar negara berkembang akan memasuki 2020 dengan sentimen yang lebih kuat meskipun perundingan dagang AS-China tetap berisiko bagi investor.
Dilansir melalui Bloomberg, menyambut dekade baru, imbal hasil rata-rata pada obligasi mata uang lokal di negara berkembang hampir menyentuh level terendah sepanjang masa, sebesar 4,12%.
Sementara itu, saham dan nilai mata uang berada pada level tertinggi sejak Juni 2018, menggarisbawahi sentimen global yang menguat berkat harapan pada penandatanganan kesepakatan dagang fase satu antara Beijing dan Washington pada awal Januari.
“Kami memperkirakan risiko perdagangan pada level positif selama beberapa pekan ke depan,” kata Damien Loh, Kepala Investasi dari hedge fund makro Ensemble Capital di Singapura, dikutip melalui Bloomberg, Senin (30/12/2019).
Loh tidak merinci perkiraan tersebut, tetapi menambahkan bahwa dengan sebagian besar peristiwa geopolitik utama telah terlewati untuk saat ini, ada peluang pemulihan angka ekonomi secara global. Dolar juga mungkin akan melemah secara luas.
Di sisi lain, EPFR Global melaporkan bahwa dana ekuitas negara berkembang menarik aliran masuk selama 10 pekan dalam 5 hari hingga 25 Desember, dengan sebagian besar dana masuk ke Asia.
Sepanjang pekan ini, investor akan memantau perkembangan pada sejumlah agenda penting mulai dari detil kesepakatan dagang fase satu yang masih belum jelas, arah kebijakan tarif Gedung Putih, hingga kebijakan pemotongan rasio cadangan wajib di China.
Data ekonomi pasar berkembang, khususnya di Asia, diperkirakan akan menunjukkan pemulihan yang lebih baik untuk akhir tahun.
Setelah angka produksi industri Korea Selatan dilaporkan turun 0,3% pada November, pemerintah di Seoul akan mengumumkan angka inflasi pada Selasa (31/12/2019).
Angka inflasi utama dan angka inti diperkirakan akan tetap signifikan di bawah target Bank Sentral Korea sebesar 2%, seperti yang terjadi sepanjang tahun.
Data ekspor yang akan dirilis pada 1 Januari 2020 mungkin mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Desember, meskipun angka perdagangan pada 20 hari pertama cukup menggembirakan.
PMI manufaktur resmi China untuk bulan Desember, yang juga akan dirilis pada Selasa (31/12/2019), diperkirakan akan menunjukkan ekspansi yang berkelanjutan tetapi sedikit, setelah pulih dari keterpurukan pada Oktober.
"PMI non-manufaktur mungkin akan tetap kuat," dikutip berdasarkan survei ekonom Bloomberg.
PMI Markit Asia secara rata-rata mungkin akan tetap berada di zona ekspansi kecil, naik dari penurunan pada pertengahan tahun. China, Filipina, dan India kemungkinan akan melanjutkan ekspansi. Data lengkap akan dirilis pada Kamis (2/1/2019).