Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat tipis pada perdagangan Kamis (5/12/2019) menyusul kemungkinan bahwa China dan Amerika Serikat akan segera menutup kesepakatan "fase pertama" untuk mengakhiri perang perdagangan.
Namun, pesan yang saling bertentangan dari Presiden AS Donald Trump sebelumnya menahan penguatan bursa lebih lanjut.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang menguat 0,5 persen, sedangkan indeks Topix dan Nikkei 225 menguat masing-masing 0,48 persen dan 0,71 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat masing-masing 0,74 persen dan 0,77 persen.
Ekspektasi bahwa kesepakatan perdagangan akan segera terwujud berasal dari laporan Bloomberg pada hari Rabu bahwa kedua belah pihak dekat dengan kesepakatan "fase pertama", dan pernyataan Trump bahwa pembicaraan berjalan "sangat baik" setelah sebelumnya ia mengatakan mungkin perlu waktu hingga thun 2020 untuk mencapai kesepakatan.
"Skenario kasus dasar saya adalah kedua belah pihak mencapai beberapa kesepakatan. Tekanan untuk kesepakatan sangat besar hanya karena perlambatan ekonomi di kedua negara," kata Shane Oliver, kepala analis investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, seperti dikutip Reuters.
"Namun, kami melihat peningkatan volatilitas karena ketidakpastian kebijakan telah menjadi konstan," lanjutnya.
Sementara itu, HSBC Global Research mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Rabu bahwa perkiraan konsensus analis mengenai perkiraan pendapatan perusahaan-perusahaan Asia direvisi naik untuk pertama kalinya dalam 18 bulan, dan bahwa titik balik yang serupa dalam beberapa tahun terakhir telah membuka jalan bagi pemulihan pasar saham.
Namun turbulensi pasar lebih mungkin terjadi dalam jangka pendek mengingat negosiasi China-AS memiliki berbagai kemungkinan.
Jika China dan AS tidak dapat mencapai kesepakatan segera, tanggal penting berikutnya yang harus ditunggu adalah 15 Desember, ketika Washington dijadwalkan untuk mengenakan kenaikan tarif lagi pada barang-barang China.
Pelaku pasar juga bersiap menanti laporan non-farm payrolls AS pada Jumat untuk menentukan seberapa baik ekonomi AS bertahan di tengah perlambatan global.