Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur AS Terkontraksi Dorong Rupiah Terapresiasi

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa penguatan rupiah pada perdagangan kali ini terbantu oleh melemahnya dolar AS, setelah rupiah sempat terdepresiasi pada awal perdagangan akibat peristiwa ledakan di Monas Selasa pagi.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup berbalik menguat pada perdagangan Selasa (3/12/2019) terbantu oleh melemahnya dolar AS akibat data ekonomi AS terbaru yang dirilis lebih rendah daripada ekspektasi pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.115 per dolar AS, bergerak menguat tipis 0,071% atau 10 poin melawan greenback. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,07% menjadi 97,789.

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa penguatan rupiah pada perdagangan kali ini terbantu oleh melemahnya dolar AS, setelah rupiah sempat terdepresiasi pada awal perdagangan akibat peristiwa ledakan di Monas Selasa pagi.

"Ledakan meningkatkan kekhawatiran pasar keuangan lokal dan memicu pasar secara spontan menjauhi rupiah, sebelum akhirnya kembali fokus terhadap data ekonomi AS yang rendah,"ujar Faisyal saat dihubungi Bisnis, Selasa (3/12/2019).

Sebagai informasi, data ISM Manufaktur AS kembali terkontraksi pada November di level 48,1 dan menjadi data yang dirilis di bawah level 50 selama empat bulan berturut-turut. Adapun, pembacaan data di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi terhadap aktivitas manufaktur.

Dia memprediksi pada perdagangan Rabu (4/12/2019) rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya seiring dengan sepinya perilisan data ekonomi dalam negeri dan rilis data indeks jasa China yang diprediksi lebih baik daripada capaian sebelumnya.

Hal tersebut dinilai menjadi angin segar bagi rupiah untuk bergerak menguat di kisaran Rp14.070 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.

Di sisi lain, ancaman kenaikan tarif impor baja dan aluminium AS untuk Brasil dan Argentina dinilai tidak akan mempengaruhi pasar signifikan. Pasar akan tetap fokus terhadap ketidakpastian negosiasi dagang AS dan China setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani RUU yang mendukung demonstran Hong Kong.

Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga disebabkan menguatnya harga minyak mentah dunia mengingat Indonesia merupakan net importir minyak.

"Minyak naik paling tinggi dalam lebih dari seminggu karena pedagang mencari sinyal baru apakah OPEC dan produsen minyak mentah sekutu akan memperketat pasokan ketika mereka bertemu akhir pekan ini," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (3/12/2019).

Dia memprediksi rupiah bergerak melemah pada perdagangan Rabu (4/12/2019) di kisaran Rp14.105 per dolar AS hingga Rp14.135 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper