Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau bergerak fluktuatif pada perdagangan pagi ini, Selasa (3/12/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka terapresiasi tipis 7 poin atau 0,05 persen di level Rp14.118 per dolar AS. Namun apresiasi nilai tukar rupiah kemudian terkikis dan stagnan di level Rp14.125 yang dibukukan pada perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (2/12/2019), pergerakan nilai tukar rupiah berakhir di level tersebut dengan pelemahan 17 poin atau 0,12 persen terhadap dolar AS.
Menurut Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh rilis data inflasi bulan November yang lebih rendah daripada ekspektasi pasar.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, inflasi Indonesia periode November dirilis lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yaitu inflasi bulanan 0,14% sedangkan ekspektasi pasar di 0,2%. Selain itu, inflasi tahunan berada di level 3% dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 3,065%.
"Inflasi periode November tersebut memberi indikasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sedang berada di bawah tekanan," tutur Ibrahim.
Ia memprediksi rupiah masih bergerak melemah pada perdagangan Selasa (3/12/2019) akibat dorongan faktor eksternal yang cukup kuat, yaitu ketidakpastian kesepakatan perdagangan parsial antara AS dan China.
Sejalan dengan rupiah, nilai tukar mata uang lainnya di Asia mayoritas terpantau melemah pada perdagangan Selasa (3/12) pagi, dipimpin won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,34 persen pada pukul 08.14 WIB.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, tampak naik 0,07 persen atau 0,067 poin ke level 97,923.
Indeks dolar mampu sedikit beringsut ke zona hijau setelah terkapar di zona merah dengan berakhir melemah 0,42 persen atau 0,417 poin ke posisi 97,856 pada Senin (2/12).