Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilarmas Investindo Rekomendasikan Jual Terbatas, Ini Sentimen di Pasar Obligasi

Pada perdagangan hari ini, Pilarmas Investindo merekomendasikan agar investor melakukan aksi jual dengan volume terbatas guna memanfaatkan momentum penurunan harga.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Bisnis.com, JAKARTA--Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan kepada investor agar melakukan aksi jual dengan volume terbatas di pasar obligasi. Berikut beberapa sentimennya. 
Berdasarkan hasil risetnya, Rabu (13/11/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan secara umum pasar obligasi mencatatkan penurunan yang bisa menjadi titik awal kenaikan. Adapun, pada perdagangan hari ini, dia merekomendasikan agar investor melakukan aksi jual dengan volume terbatas guna memanfaatkan momentum penurunan harga. 
"Kami merekomendasikan jual hari ini dengan volume terbatas," ujarnya. 
Adapun, pada perdagangan hari ini terdapat beberapa sentimen yang memengaruhi. Pertama, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyindir China dalam pertemuan Economic Club terkait dengan kesepakatan perdagangan. Pernyataan Trump yang menghubungkan kata curang dengan kelakuan China menurut Maximilianus, mengganggu proses negosiasi dua negara raksasa itu. 
Adapun, Amerika Serikat mendorong China untuk membuka pasar lebih terbuka dantentunya penghapusan kekayaan intelektual, sedangkan China mendorong Amerika Serikat agar menurunkan tarif sekira US$250 miliar yang telah dimulai.
Sentimen kedua yakni, dari hubungan Amerika Serikat dengan Dewan Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO). Terdapat peningkatan kemungkinan Amerika Serikat memblokir anggaran 2 tahunan sehingga secara efektif menghentikan kontribusi Amerika mulai tahun depan. 
Padahal dari sisi anggaran sumbangan bagi WTO, Amerika Serikat tercatat menyumbang  US$22,8 juta pada tahun 2019. Hal itu menempatkan Amerika Serikat sebagai negara penyumbang tertinggi yang diikuti dengan China, Jerman, Jepang, dan Prancis.
Langkah tersebut mengemuka karena Amerika Serikat menganggap sumbangan tersebut tak memberikan manfaat terhadap Negara Paman Sam itu saat harus menghadapi konflik dagang. Jika Amerika Serikat secara sepihak tidak memberikan anggaran tersebut, hal ini dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan dan fungsi WTO. 
Namun, para anggota memiliki waktu hingga 31 Desember 2019 untuk menyusun dan menyesuaikan anggaran 2020 dan 2021, dan
pembahasan akan dilanjutkan Selasa depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper