Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas dan Minyak Terpuruk Sepanjang Pekan Ini

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan ini minyak mentah jenis Brent di bursa ICE telah bergerak melemah 3,43% dan emas di pasar spot telah bergerak melemah 1,6%.

Bisnis.com, JAKARTA - Pekan ini menjadi pekan yang sulit untuk beberapa komoditas, termasuk emas dan minyak mentah dunia. Kedua komoditas tersebut siap menutup pekan ini kembali terpuruk di zona merah.

Emas menuju penurunan mingguan keempat dalam 5 minggu terakhir karena investor menilai berita terbaru tentang perang perdagangan dan meningkatnya ketegangan politik dalam negeri AS.

Di sisi lainnya, minyak menuju kerugian mingguan terbesar sejak Juli dipicu oleh upaya Arab Saudi yang dapat memulihkan produksi minyaknya yang tersendat akibat serangan drone beberapa pekan lalu, lebih cepat daripada perkiraan pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan ini minyak mentah jenis Brent di bursa ICE telah bergerak melemah 3,43%, sedangkan harga minyak mentah jenis WTI di bursa Nymex telah bergerak melemah 3,77%

Adapun, pada perdagangan Jumat (27/9/2019) hingga pukul 15.30 WIB harga minyak jenis WTI di bursa New York untuk kontrak November 2019 bergerak melemah tipis 0,02% menjadi US$56,44 per barel, sedangkan harga minyak jenis Brent untuk kontrak November 2019 di bursa ICE bergerak melemah 0,18% menjadi US$62,63 per barel.

Analis Komoditas Samsung Futures Inc Kim Kwangrae mengatakan bahwa pihaknya cukup terkesima dengan langkah Arab Saudi yang begitu cepat dapat memulihkan kehilangan produksinya akibat serangan tersebut.

arab saudi
arab saudi

Padahal, menurut pernyataan dari Saudi Aramco, akibat serangan itu produksi minyak kerajaan diperkirakan akan terpangkas sekitar 5,7 juta barel per hari (bpd), lebih dari setengah dari produksi secara keseluruhan. Apalagi, serangan tersebut datang ketika OPEC dan sekutunya tengah memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari.

Adapun, Arab Saudi telah menyelesaikan masalah produksi minyaknya sekitar 1 minggu lebih cepat dari jadwal perbaikannya dan berhasil kembali memompa lebih dari 8 juta barel minyak per hari. Saudi Aramco telah memulihkan output di fasilitas Abqaiq dan Khurais ke tingkat sebelum mogok masing-masing 4,9 juta barel per hari dan 1,3 juta

Kini, pasar merespon upaya Arab Saudi tersebut dengan melemahkan harga karena kekhawatiran terkait dengan mengetatnya pasokan telah diredakan.

“Mungkin hanya masalah waktu saja, sebelum kita melihat harga minyak dapat jatuh kembali ke level sebelum serangan drone tersebut,” ujar Kim Kwangrae seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (27/9/2019).

Selain itu, tanda-tanda berlanjutnya pelemahan ekonomi China dan melemahnya manufaktur yang semakin dalam di beberapa negara seperti Jerman, Jepang, dan Prancis, serta meningkatnya stok minyak mentah AS juga telah menjadi katalis negatif bagi harga minyak pekan ini.

Kendati demikian, pelemahan dibatasi oleh prospek meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dengan AS yang mengatakan akan mengirim baterai rudal Patriot dan 200 personel tambagan ke Arab Saudi. Langkah tersebut unutk memperluas pertahanan udara kawasan tersebut setelah terjadinya serangan drone di kilang minyak terbesar di dunia.

AS, Arab Saudi, dan negara-negara Eropa utama telah menyalahkan Iran atas serangan tersebut, yang mengambil 5% dari pasokan global dan memacu rekor lonjakan minyak. Namun, Iran dengan tegas membantah tuduhan tersebut.

Emas dan Minyak Terpuruk Sepanjang Pekan Ini

Kemudian, tidak hanya emas hitam yang mengalami nasib kurang mujur pekan ini, logam mulia emas juga mencatatkan pelemahan sepanjang pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang pekan ini emas di pasar spot telah bergerak melemah 1,6%, sedangkan harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak 1,74%.

Adapun, pada perdagangan Jumat (27/9/2019) hingga pukul 15.30 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,47% menjadi US$1.497 per troy ounce dan harga emas kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak melemah 0,66% menjadi US$1.505,4 per troy ounce.

Emas sempat merosot 1,8% pada perdagangan Rabu (25/9/2019) ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dengan China dapat terjadi lebih cepat daripada yang diekspektasikan pasar.

Analis Kotak Securities Madhavi Metha mengatakan bahwa pasar juga tampak tetap mengamati perkembangan dalam politik AS setelah anggota parlemen mengeluhkan kencenderungan aksi whistle blower terhadap penyelidikan impeachment terhadap Presiden AS Donald Trump.

"Emas sedang konsolidasi dalam kisaran dekat $ 1.500 / oz menunggu pemicu baru yang bisa datang dari kejelasan lebih lanjut tentang pembicaraan perdagangan AS-China atau perkembangan geopolitik," kata dia.

donald trump
donald trump

Sebagai informasi, Ketua House of Representative AS Nancy Pelosi mengumumkan bahwa pihaknya akan memulai penyelidikan formal terhadap Presiden AS Donald Trump karena meminta bantuan asing untuk mengotori calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Donald Trump meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk melakukan penyelidikan terhadap bisnis minyak keluarga Joe Biden di Ukraina dan sebagai balasannya Trump menjanjikan hibah senilai US$ 400 juta.

Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa harga emas masih berpeluang untuk bergerak turun dalam jangka pendek di tengah sentimen menguatnya dolar AS dan meredanya ketegangan perang dagang AS dan China, setelah Negeri Panda tersebut bersedia untuk membeli lebih banyak produk AS.

“Selanjutnya hari ini pasar akan memperhatikan sejumlah data ekonomi penting dari AS dan pidato anggota FOMC Randal Quarles. Jika hasilnya dipandang optimis oleh pasar berpotensi memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas. Namun, jika terlihat pesimis, harga emas berpeluang untuk berbalik naik,” ujar Faisyal.

Dia mengatakan bahwa level support terdekat bagi emas terlihat di sekitar US$1.500 per troy ounce dan menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang memicu penurunan lanjutan menuju US$1.495 per troy ounce, sebelum menargetkan support kunci di US$1.489 per troy ounce.

Sebaliknya, lanjut dia, jika bergerak naik maka level resisten emas berada di US$1.510 per troy ounce dan, menembus ke atas dari level tersebut berpotensi mendorong kenaikan lanjutan menuju US$1.515 per troy ounce sebelum menargetkan resisten kuat di US$1.521 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper