Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani beserta Menteri keuangan Australia, Josh Frydenberg; Menteri keuangan Singapura, Heng Swee Keat dan Menteri keuangan Kanada, Bill Morneau bersama-sama menulis sebuah artikel bertajuk Multilateralism: A Pillar of economic stability.
Dalam artikel tersebut mereka menjelaskan bahwa sistem multilateral menjadi bagian penting dari perdagangan internasional yang sudah berlangsung selama ini dan memberikan dampak baik bagi negara-negara yang tergabung dalam perdagangan bebas, seperti berkurangnya jumlah masyarakat miskin yang menjadikan bertambahnya masyarakat sejahtera karena semakin meluasnya pertumbuhan perdagangan, layanan, dan inovasi antar negara.
Sistem multilateral menyediakan keamanan ekonomi dan politik bagi negara-negara besar dan kecil dalam memenuhi potensi terbesarnya.
Selain itu, multilateralisme memiliki prinsip-prinsip dasar yang baik bagi perekonomian global yaitu, tidak adanya diskriminasi, dapat/mudah diprediksi, dan transparansi.
Perdagangan multilateral adalah mekanisme perdagangan yang melibatkan lebih dari dua pihak dan menawarkan bentuk pasar yang efektif, adil, transparan dan akuntabel.
Pasar yang efektif, adil, transparan, dan akuntabel tersebut dapat terwujud karena dalam perdagangan multilateral terjadi mekanisme perdagangan yang sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang adil dan sesuai dengan kondisi riil pasar sehingga terciptanya harga yang wajar.
Di dalam negeri, praktik perdagangan multilateral ada pada pasar modal yaitu perdagangan saham yang sudah berjalan di Indonesia di bawah naungan Bursa Efek Indonesia.
Aktivitas pelaku pasar modal dalam melakukan pembelian dan penjualan cukup banyak dipengaruhi oleh nilai wajar dari suatu perusahaan, yang familiar dengan sebutan analisa fundamental.
Analisa fundamental menuntun kepada penilaian pasar yang transparan, adil dan akuntabel. Walaupun pasar saham di Indonesia saat ini masih dapat dikatakan masih lemah dalam efisiensi, akan tetapi untuk beberapa saham dengan kapitalisasi pasar yang besar sudah dapat mencerminkan efisiensi pasar yang kuat.
Efisiensi pasar yang kuat dapat memberikan investor keyakinan dalam menganalisa propek suatu saham yang mencerminkan situasi riil pasar sehingga dengan mudah mengambil keputusan dalam berinvestasi dan bagi perusahaan yang mendapat konfirmasi harga saham dari investor menjadikan referensi untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam strategi pengembangan nilai perusahaan.
Di pasar komoditi, perdagangan multilateral dalam negeri belum maksimal, terlihat dari beragamnya harga komoditi pertanian diberbagai daerah di Indonesia.
Sebagai contoh komoditi cengkeh yang dihasilkan di Mamuju, Sulawesi Barat memiliki harga jual sebesar Rp 80,000/kg, sedangkan daerah penghasil lain seperti Kuningan, Jawa Barat memiliki harga jual sebesar Rp 90,000/kg, disparitas harga yang cukup besar ini bisa terjadi karena belum adanya harga acuan yang terbentuk di pasar nasional dengan melibatkan satu mekanisme pasar yang transparan, adil, dan akuntabel yang dapat digunakan semua petani Indonesia sebagai harga acuan penjualan, walaupun pada akhirnya ketika sampai kepada konsumen bisa ada perbedaan harga yang dipengaruhi oleh biaya logistik masing-masing daerah.
Untuk itu, salah satu peran dari perdagangan multilateral adalah mekanisme perdagangan yang dapat menciptakan acuan harga dari komoditi-komoditi di Indonesia, yang terbentuk berdasarkan makro fundamental dari komoditi tersebut, salah satunya perbandingan antara jumlah permintaan dan pasokan secara nasional yang terjadi di pasar yang menawarkan sistem perdagangan dengan mengedepankan keteraturan, adil, transparan, likuid, integritas, dan efisien.
Bursa komoditi dan derivatif Indonesia dalam hal ini adalah sebagai pasar dengan sistem perdagangan yang mengedepankan transparansi, integritas, dan efisiensi.
Aksesibilitas yang mudah dan aman menjadi karakteristik dari bursa komoditi itu sendiri. Ketersediaan informasi yang aktual dan realtime menjadikan bursa komoditi sebagai wadah perdagangan komoditi nasional secara multilateral yang dapat menciptakan perdagangan lebih efisien dan teratur sehingga akselerasi perdagangan antar daerah di Indonesia serta mancanegara dapat saling terintegrasi.
Bursa komoditi menawarkan platform perdagangan yang dapat menciptakan referensi harga acuan bagi pelaku bisnis komoditi di Indonesia.
Harga acuan komoditi dapat terbentuk dengan baik apabila tercipta ekosistem perdagangan yang menawarkan complete solution bagi pelaku industri komoditi.
Ada tiga institusi dalam melengkapi ekosistem perdagangan yang mumpuni diantaranya adalah Bursa Komoditi, Lembaga Kliring, dan Pusat Logistik Berikat.
Bursa komoditi berperan sebagai pasar yaitu tempat terjadinya transaksi jual dan beli, lembaga kliring sebagai pihak independen yang berfungsi sebagai institusi penyelesaian dan penjaminan transaksi antar nasabah, dan pusat logistik berikat sebagai gudang penyimpanan komoditi yang menjadi objek barang jual belinya.
Ada dua manfaat utama dari terciptanya acuan harga atas komoditi-komoditi dalam perdagangannya di bursa komoditi.
Pertama, harga acuan dapat menjadi indikator dalam mengambil keputusan strategis.
Sebagai contoh, bagi pebisnis di industri pabrikan penghasil minyak goreng, arah pergerakan harga minyak sawit menjadi penentu arah kebijakan strategis manajemen dalam menentukan apakah volume pembelian minyak sawit diturunkan atau ditingkatkan sesuai analisa pasar agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Harga minyak sawit dapat dipantau secara realtime di bursa komoditi sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
Contoh lainnya, bagi investor emas yang ingin memanfaatkan fluktuasi harga emas untuk tujuan trading sebagai strategi untuk menghasilkan keuntungan, bursa komoditi menjadi sarana yang tepat dikarenakan pergerakan harga emas di bursa mencerminkan kondisi pasar emas yang rill sesuai mekanisme permintaan dan penawaran dalam prinsip dasar ekonomi.
Manfaat lain dapat dirasakan oleh pemerintah dalam hal pendekatan yang lebih akurat dalam menentukan penerimaan negara melalui pajak dan penerimaan negara bukan pajak (royalti) dari pelaku usaha komoditi agrikultural dan komoditi minerba, karena penentuan harga transaksi komoditi sebagai basis harga jual dapat dilihat secara transparan dan realtime di platform bursa.
Informasi-informasi yang tercipta melalui bursa komoditi memiliki manfaat lebih lanjut bagi pemerintah dalam beberapa hal seperti, sebagai dasar pembuatan anggaran perencanaan belanja negara (APBN) dengan berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro yang lebih terukur berdasarkan informasi pasar yang riil.
Asumsi dasar ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat terukur dengan baik akibat dari harga-harga komoditi secara nasional yang terpantau secara realtime.
Selain itu, bagi kementerian pertanian dalam melakukan keperluannya mendapatkan informasi data pasar selain operasi pasar pangan ke pasar-pasar tradisional, bisa terbantu dengan adanya data dari bursa komoditi sehingga dpat memberikan efisiensi bagi kegiatan pemerintah serta penentu kebijakan yang tepat sasaran.
Kedua, adanya sarana manajemen risiko atas terjadinya fluktuasi harga bagi pelaku bisnis komoditi akibat pengaruh tekanan perdagangan global misalnya.
Perubahan harga menimbulkan resiko atas ketidakpastian harga beli dan harga jual suatu komoditi.
Dengan adanya kontrak berjangka dibursa komoditi, memungkinkan pelaku bisnis komoditi mengunci harga transaksinya untuk kebutuhan pembelian atau penjualan komoditi pada periode tertentu di masa yang akan datang, sehingga memberikan kepastian harga bagi pelaku bisnis komoditi, yang pada akhirnya risiko atas perubahan harga komoditi dapat dihindarkan.
Ibarat membeli asuransi untuk kebutuhan perlindungan risiko kecelakaan bagi pemegang polis, kontrak berjangka memberikan perlindungan bagi pelaku bisnis komoditi agar komoditi yang ditransaksikan terproteksi dari perubahan harga di masa yang akan datang yang tidak di inginkan.
Dengan demikian, bursa komoditi hadir untuk mendukung kemajuan ekonomi Indonesia dengan membangun ekosistem perdagangan multilateral serta menciptakan pasar yang lebih kompetitif bagi pelaku industri komoditi.
Dengan pasar yang lebih kompetitif maka akan melahirkan industri komoditi yang beroperasi secara efisien, sehingga dapat terwujud harapan pemerintah akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas.