Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak semakin melemah pada akhir perdagangan Rabu (18/9/2019), terbebani sentimen pemulihan produksi minyak mentah Arab Saudi di tengah sinyal melimpahnya persediaan global.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober 2019 ditutup merosot US$1,23 di level US$58,11 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun minyak Brent untuk kontrak November 2019 meluncur 95 sen dan berakhir di level US$63,60 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,56 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Pada Selasa (17/9), CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan operasi fasilitas minyak Abqaiq, yang terpukul serangan udara pada Sabtu (14/9), kini mencapai sekitar 40 persen dari level yang dialami sebelum serangan itu.
“(Produksi minyak) fasilitas tersebut akan kembali menjadi sekitar 4,9 juta barel pada akhir bulan,” tutur Nasser, seperti dilansir dari Bloomberg.
Sebelumnya, dalam suatu briefing, Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman menyatakan Saudi akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 11 juta barel per hari pada akhir bulan ini dan tumbuh menjadi 12 juta pada November.
"Menteri perminyakan Saudi mengatakan produksi akan pulih kembali serta meyakinkan pasokan untuk pasar,” ujar Bob Yawger, direktur divisi futures di Mizuho Securities USA.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan pasar minyak tetap memiliki persediaan yang cukup, terlepas dari serangan di jantung produksi minyak Arab Saudi itu akhir pekan kemarin.
Birol juga mengatakan anggota-anggota IEA memiliki sekitar 1,55 miliar barel cadangan minyak darurat, yang lebih dari cukup untuk mengimbangi gangguan apapun.
Pada awal sesi perdagangan, penurunan harga minyak sempat berkurang setelah juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi Turki al-Maliki mengatakan serangan terhadap infrastruktur minyak kerajaan itu didalangi oleh Iran dan tidak berasal dari Yaman.
Iran sendiri telah membantah bertanggung jawab atas serangan udara yang berdampak terhadap 5 persen dari pasokan global. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan serangan itu dilakukan oleh pemberontak Yaman untuk melawan koalisi yang dipimpin Saudi.
Di Amerika Serikat, sekutu Arab Saudi, Presiden Donald Trump mengatakan AS akan menambahkan beberapa sanksi yang sangat signifikan dan mengumumkannya dalam 48 jam ke depan.
Turut menekan harga minyak, laporan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak domestik naik 1,06 juta barel pekan lalu, sekitar dua kali lipat dari yang dilaporkan American Petroleum Institute (API) pada Selasa (17/9).
Adapun stok bensin meningkat 781.000 barel dan pasokan minyak distilat bertambah 437.000 barel.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Oktober 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
18/9/2019 | 58,11 | -1,23 poin |
17/9/2019 | 59,34 | -3,56 poin |
16/9/2019 | 62,90 | +8,05 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak November 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
18/9/2019 | 63,60 | -0,95 poin |
17/9/2019 | 64,55 | -4,47 poin |
16/9/2019 | 69,02 | +8,80 poin |
Sumber: Bloomberg