Bisnis.com, JAKARTA - Pernyataan Kementerian Perdagangan China yang terkait negosiasi perdagangan AS dan China berhasil membawa rupiah ditutup terapresiasi pada perdagangan Kamis (29/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.237,5 per dolar AS pada hari ini, menguat 0,15% atau 21,5 poin.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa Pemerintah China yang menyatakan siap untuk mencari solusi terkait dengan perang dagang dengan As berpotensi untuk membuat aset berisiko, termasuk rupiah, kembali diminati oleh investor.
“Rupiah berhasil terapresiasi akibat pernyataan tersebut, yang sebelumnya tertekan akibat AS dan China yang kembali saling melempar ancaman kenaikan tarif impor,” ujar Yudi kepada Bisnis, Kamis (29/8/2019).
Sebagai informasi, China dan AS dikabarkan sedang membahas negosiasi perdagangan tatap muka yang dijadwalkan diadakan di AS pada September.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kementerian Perdagangan China Gao Feng yang mengatakan bahwa kedua belah pihak harus menciptakan kondisi untuk kemajuan dalam perundingan dan menambahkan bahwa China menentang segala bentuk eskalasi perang dagang dengan AS dan bersedia untuk menyelesaikan masalah dengan tenang.
Baca Juga
Sentimen ini akan mempengaruhi optimisme pasar yang berharap adanya jalan keluar yang terbaik dari sengketa perdagangan yang terjadi berlarut-larut sejak tahun lalu sehingga memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi global.
Kendati negosiasi dan saling serang tarif terus terjadi berulang-ulang, Yudi menilai pasar belum jemu terhadap sentimen tersebut dan tampak masih merespons setiap komentar yang dilontarkan pejabat dari kedua negara.
Pasalnya, AS dan China merupakan dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia yang jika terjadi perlambatan maka akan ikut mempengaruhi negara-negara pasar berkembang.
Proyeksi Rupiah
Dia memperkirakan pada perdagangan Jumat (30/8/2019), rupiah berpeluang menguat terbatas di kisaran level Rp14.200 hingga Rp14.270 per dolar AS, menanti respons AS terhadap pernyataan pemerintah China.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pengguatan rupiah juga masih dipengaruhi intervensi yang dilakukan Bank Indonesia melalui pasar DNDF.
“Selain itu, pemerintah yaitu menteri keuangan juga terus memberikan informasi positif untuk ekonomi dalam negeri yang sejatinya memang cukup bagus dibandingkan dengan ekonomi negara lain,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.
Dia menilai kolaborasi antara BI dan Pemerintah berhasil menstabilkan mata uang rupiah sehingga mata uang Garuda masih dalam pengawasan yang ketat.
Pada perdagangan Jumat (30/8/2019), dia memprediksi rupiah bergerak fluktuatif cenderung melemah di kisaran Rp14.230 per dolar AS hingga Rp14.290 per dolar AS.