Bisnis.com, JAKARTA—Reksa dana campuran diperkirakan lebih memberikan imbal hasil yang menarik ketimbang reksa dana saham menjelang akhir tahun.
Pasalnya, kinerja reksa dana campuran bakal mendapat tambahan tenaga dari pasar obligasi yang bullish seiring dengan tren penurunan suku bunga. Di sisi lain, kinerja pasar saham masih tertekan sentimen eksternal.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 23 Agustus 2019, kinerja indeks reksa dana campuran tercatat 2,80% atau lebih baik ketimbang kinerja yang dicetak indeks reksa dana saham sebesar -6,37%.
Pada saat bersamaan, indeks gabungan obligasi Indonesia (Indonesia Composite Bond Index/ICBI) menguat 9,88% yang ditopang oleh kinerja indeks obligasi pemerintah sebesar 9,93% dan indeks obligasi korporasi sebesar 9,37%. Sementara itu, IHSG hanya mampu menguat 0,99% ke level 6.255 pada akhir perdagangan Jumat (23/8/2019).
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan, prospek reksa dana campuran akan lebih baik dibandingkan dengan reksa dana saham ditopang oleh kinerja obligasi yang menjadi aset dasarnya.
“Saya melihat [reksa dana] campuran akan lebih baik karena ditopang [aset dasar] obligasinya sebagai bantalan. Saham kan sangat terpukul [karena sentimen eksternal],” kata Wawan kepada Bisnis, Senin (26/8/2019).
Baca Juga
Dirinya melanjutkan, pelemahan yang terjadi pada indeks reksa dana campuran sepanjang pekan lalu sebesar -0,09% juga lebih disebabkan oleh depresiasi pasar saham yang mana IHSG melemah 0,49% secara mingguan.
Adapun saat ini, pergerakan IHSG masih terpapar sentimen eksternal dari perang dagang AS—China dan belum mampu kembali ke level tertinggi yang sempat dicetak pada awal tahun.
Lebih lanjut, Wawan memperkirakan, kinerja indeks reksa dana campuran dapat melaju hingga ke level 7%—8% pada akhir tahun ini, tertopang oleh bullish-nya pasar obligasi setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga ke level 5,0%.
Adapun, BI tampaknya masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga sekali lagi sebesar 25 bps menjelang akhir tahun nanti.
Dengan demikian, Infovesta Utama optimistis yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun bisa menembus 7% ke kisaran 6,7%—6,8% pada tahun ini.
Positifnya pasar obligasi tersebut, lanjut Wawan, kemudian akan mendorong kinerja reksa dana pendapatan tetap lebih kencang lagi menuju 10% pada akhir tahun.
Sementara untuk reksa dana saham, lanjut Wawan, target pencapaian kinerja indeksnya akan ditinjau ulang setelah laporan keuangan emiten per September dirilis.
“Sampai sekarang, kami belum merevisi target kami, kami masih percaya IHSG itu di akhir tahun nanti bisa 6.700—6.800,” imbuh Wawan.
Wawan menyarankan, bagi investor yang ingin mengoptimalkan return dari investasi reksa dana pada akhir tahun nanti dapat mengalokasikan 50% investasi di reksa dana berbasis obligasi, 30% di reksa dana berbasis saham, dan 20% di reksa dana berbasis pasar uang.
“Jadi, kalau mau ke [reksa dana] campuran ya harus melihat juga komposisinya seperti apa, berapa persen saham dan berapa persen obligasi, serta dipertimbangkan sesuai dengan 5:3:2 tadi,” tutur Wawan.