Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia bervariasi pada Kamis (18/7/2019), usai data menunjukkan kenaikan stok produk minyak Amerika Serikat pada minggu lalu. Hal tersebut menunjukkan permintaan yang lemah di tengah musim puncak mengemudi.
Hingga pukul 14:04 WIB , harga minyak mentah West Texas Intermediate melemah 0,09% atau 0,05 poin ke posisi US$56,73 per barel. Harga acuan minyak mentah AS ini turun 1,5% di sesi sebelumnya.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent menguat 0,05% atau 0,03 poin ke posisi US$63,69 per barel. Brent sebelumnya jatuh 1,1% pada Rabu (17/7/2019).
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/7/2019), data Energy Information Administration US menunjukkan, terdapat penarikan lebih besar dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentah AS pekan lalu, tetapi para trader fokus pada peningkatan besar dalam persediaan produk olahan yang menyeret harga minyak turun.
EIA melaporkan, persediaan minyak mentah AS turun 3,1 juta barel pekan lalu, lebih dari perkiraan analis untuk penurunan sebesar 2,7 juta barel.
Namun, stok bensin AS naik 3,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 925.000 barel. Sementara itu, stok minyak distilasi tumbuh 5,7 juta barel, jauh lebih besar dari ekspektasi untuk kenaikan 613.000 barel.
Baca Juga
"Konsumsi bensin sangat lemah padahal konsumen AS berada di musim puncak mengemudi," kata Stephen Innes, managing partner di Vanguard Markets.
Sebagai informasi, saat musim panas umumnya orang Amerika akan banyak mengemudi kendaraan roda empat untuk menikmati libur panjang. Hal ini dikenal dengan istilah driving season.
Produksi minyak mentah AS sempat terganggu minggu lalu oleh Badai Barry, yang datang ke daratan di Louisiana. Lebih dari setengah produksi minyak mentah harian di Teluk Meksiko tetap berjalan pada Selasa (16/7/2019), karena sebagian besar perusahaan minyak mempekerjakan kembali staf untuk melanjutkan produksi.
Harga minyak telah turun minggu ini karena kekhawatiran atas konflik Timur Tengah telah mereda, selain itu produksi minyak di Teluk Meksiko telah dimulai kembali setelah badai dan kekhawatiran muncul atas pertumbuhan ekonomi China.
"Meredanya ketegangan antara AS dan Iran, data pertumbuhan China dan operasi badai kembali online semua menekan harga minyak," kata analis pasar senior Alfonso Esparza di OANDA.
Ekspor Jepang turun untuk bulan ketujuh berturut-turut pada Juni, dengan pengiriman ke China turun lebih dari 10%. Di sisi lain, kepercayaan bisnis pabrikan Jepang turun ke level terendah 3 tahun.
Pasar mengabaikan insiden lain yang melibatkan kapal tanker di Timur Tengah di tengah ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
Pejabat AS mengatakan, mereka tidak yakin apakah sebuah kapal tanker minyak yang ditarik ke perairan Iran direbut oleh Iran atau diselamatkan, setelah menghadapi kesalahan mekanis.