Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan bursa Eropa berlanjut pada akhir perdagangan Selasa (9/7/2019) setelah peringatan laba dari raksasa bahan kimia BASF menekan saham kimia dan produsen otomotif.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa berakhir turun 0,5 persen dengan mayoritas indeks saham utamanya menyentuh wilayah negatif.
Dalam bukti terbaru atas dampak perang perdagangan Amerika Serikat-China terhadap bisnis, BASF memperingatkan perolehan laba akan turun di bawah perkiraan untuk kuartal kedua ketika perlambatan pertumbuhan global membebani sektor pertanian dan otomotif.
Peringatan itu memicu beberapa penurunan rekomendasi dari sejumlah broker dan memukul saham seperti Bayer, Covestro, Evonik, dan Wacker Chemie sambil mendorong indeks bahan kimia dan otomotif Eropa turun lebih dari 1 persen.
“Besarnya peringatan laba kuartal II 2019 dan full year 2019 dalam kurun waktu tiga bulan menunjukkan bahwa model bisnis BASF tidak menawarkan manfaat nyata bagi semua di sektor ini,” jelas analis JP Morgan dalam sebuah riset, seperti dikutip dari Reuters.
Sub-sektor sumber daya dasar merosot lebih dari 2 persen, terbesar di kawasan ini. Saham perusahaan tambang terpukul karena harga tembaga terus merosot baru-baru ini di tengah kekhawatiran atas permintaan yang memudar dari konsumen China.
Baca Juga
Pada saat yang sama, saham bank terus tertekan setelah saham Deutsche Bank memperpanjang penurunannya.
Saham Deutsche Bank membukukan performa harian terburuknya dalam lima bulan pada sesi sebelumnya setelah investor mempertanyakan target restrukturisasi dan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan setelah melakukan perombakan besar-besaran.
Sementara itu, Danske Bank yang telah berjuang untuk memulihkan kepercayaan di kalangan investor setelah mengungkapkan skandal pencucian uang juga membebani sektor ini setelah bank-bank memangkas perkiraan pendapatan 2019 untuk kedua kalinya.
Di sisi lain, sektor-sektor defensif seperti real estat bergerak lebih tinggi, sementara saham Ocado naik lebih dari 5 persen setelah perusahaan mengatakan optimistis dengan prospeknya terlepas dari penurunan laba inti sebesar 46 persen pada paruh pertama.