Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Schroders Indonesia Masih Rekomendasikan Reksa Dana Saham

Schroders Indonesia memperkirakan IHSG masih akan menguat didukung oleh price earnings ratio (PER) emiten hingga akhir tahun bisa mencapai 13,9 kali. Sejalan dengan penguatan IHSG, performa reksa dana saham diyakini ikut naik.
Investor memantau pergerakan saham di layar komputer di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Pusat Informasi Go Public, Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/1/2019)./Bisnis-Rachman
Investor memantau pergerakan saham di layar komputer di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Pusat Informasi Go Public, Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/1/2019)./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Schroders Indonesia masih merekomendasikan reksa dana saham untuk dicermati oleh investor pada semester II/2019.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG telah tumbuh 9,31% ke level 6.373 pada akhir perdagangan Jumat (5/7/2019) sejak jatuh ke level terdalamnya sepanjang tahun ini di level 5.826 pada Mei.

Sampai akhir tahun, manajer invetasi yang memiliki dana kelolaan senilai Rp83,73 triliun ini memperkirakan IHSG masih akan menguat didukung oleh price earnings ratio (PER) emiten hingga akhir tahun bisa mencapai 13,9 kali.

Bonny Iriawan, Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, menjelaskan dengan bertumbuhnya IHSG seyogianya performa reksa dana saham akan ikut naik.

“[Namun] profit taking yang dilakukan investor [dapat] membuat reksa dana sulit rebound,” kata Bonny di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Untuk underlying asset produk reksa dana sahamnya, fund manager asal Inggris ini memilih sektor perbankan dan sektor konsumer sebagai favorit pada paruh kedua tahun ini.

Bonny menjelaskan, prospek penurunan suku bunga turun memang dapat memangkas net interest margin (NIM) perbankan. Akan tetapi, posisi NIM saat ini yang dinilai masih lebar diharapkan tetap menarik investor global untuk masuk terutama ke saham-saham perbankan berkapitalisasi besar (big caps).

Sementara itu, sektor konsumer juga masih diakumulasi karena secara historikal menyumbang 56% terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

“Dua sektor ini yang patut diakumulasi, walaupun yang lain juga akan positif,” imbuh Bonny.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper