Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa mampu naik tipis pada perdagangan siang ini, Senin (8/7/2019), mengabaikan penurunan tajam yang dialami bursa saham di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 naik 0,1 persen pada pukul 08.19 pagi waktu London (pukul 14.19 WIB), sedangkan indeks futures S&P 500 turun 0,1 persen.
Meski demikian, indeks MSCI Asia Pacific melorot 1,2 persen ke level terendahnya dalam lebih dari sepekan.
Dilansir dari Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 bergerak beragam sedangkan kontrak S&P 500 mengikis sebagian pelemahannya menyusul penurunan tajam di kawasan Asia, di mana bursa saham Shanghai dan Seoul menanggung beban penurunan terbesar.
Saham teknologi di Asia berkinerja buruk akibat terdampak kontrol ekspor yang lebih ketat oleh pemerintah Jepang terhadap bahan semikonduktor tertentu ke Korea Selatan.
Di sisi lain, nilai tukar euro stabil ketika saham Deutsche Bank naik setelah mengumumkan rencana untuk memangkas tenaga kerjanya demi membangkitkan kembali laba.
Pasar juga fokus pada aset-aset Turki setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengambil langkah mengejutkan untuk menggantikan Gubernur Bank Sentral Turki. Tindakan ini memicu kekhawatiran bahwa pihak regulator akan menurunkan tingkat suku bunga lebih dari yang diperkirakan.
Investor selanjutnya menantikan penyampaikan testimoni oleh Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell pada 10 Juli-11 Juli, mengenai kebijakan moneter dan kondisi ekonomi AS secara keseluruhan.
Terlepas dari perang dagang dan pertumbuhan global yang rapuh, laporan ketenagakerjaan terbaru di AS menyampaikan tanda-tanda bahwa ekonomi tetap berada di jalurnya.
Bursa saham AS mencapai rekornya pekan lalu di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Juli, meskipun fed funds futures menunjukkan berkurangnya spekulasi pelonggaran kebijakan pascarilis laporan pekerjaan yang solid pada Jumat (5/7/2019).
“Testimoni pekan ini akan sangat penting seputar bagaimana mereka melihat evolusi ekonomi AS,” ujar Anne Anderson, head of fixed income di UBS Asset Management, kepada Bloomberg TV.