Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa Newcastle berhasil melanjutkan relinya dengan melonjak lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Selasa (2/7/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Agustus 2019 ditutup melonjak 2,09 persen atau 1,45 poin di level 70,95.
Reli harga batu bara kontrak Agustus berlanjut untuk hari ketiga berturut-turut setelah berakhir menguat 0,94 persen atau 0,65 poin di posisi US$69,50 per metrik ton pada perdagangan Senin (1/7/2019)
Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Agustus 2019 ikut ditutup menguat 0,67 persen atau 0,35 poin di level 52,90 pada perdagangan Selasa (2/7), kenaikan hari ketiga beruntun.
Meski demikian, harga batu bara thermal untuk pengiriman September 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange, tergelincir dari relinya dan ditutup terkoreksi 0,33 persen atau 2 poin di level 599,8 yuan per metrik ton.
Dalam risetnya, Daiwa Capital Markets menjelaskan pemulihan harga batu bara mungkin tidak berkelanjutan karena musim hujan di China selatan dapat menghasilkan pembangkit listrik tenaga air yang lebih tinggi dan suhu yang lebih rendah.
“Harga batu bara dapat kembali memasuki pasar yang bergolak karena persediaan tetap tinggi, sehingga bisa terus menekan harga menjelang puncak musim panas,” paparnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Di sisi lain, harga minyak mentah terjerembab lebih dari 4 persen pada akhir perdagangan Selasa (2/7) di tengah kekhawatiran tentang ekonomi global.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Agustus tersungkur 4,8 persen atau 2,84 poin dan ditutup di level US$56,25 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun patokan global Brent untuk kontrak September berakhir anjlok 2,66 poin atau 4,09 persen di level US$62,40 per barel di ICE Futures Europe Exchange.
Dilansir Bloomberg, Gubernur Bank of England Mark Carney memperingatkan bahaya dari meningkatnya proteksionisme di seluruh dunia. Ia menyebutkan "perlambatan pertumbuhan" yang mungkin memerlukan respons kebijakan utama.
Komentar Carney tersebut menambah kekhawatiran pada pasar menyusul laporan manufaktur yang lemah dari AS, China dan Eropa.
Kekhawatiran itu pun menghapus optimisme di pasar minyak yang didorong kesepakatan OPEC dan aliansinya termasuk Rusia untuk memperpanjang langkah pengurangan produksi selama sembilan bulan.
Sementara itu, kesepakatan ini masih diwarnai perbedaan pendapat karena Arab Saudi mendorong untuk menargetkan pengurangan yang lebih dalam lagi. Di sisi lain, Rusia menyatakan keraguannya pada akhir KTT OPEC di Wina akhir pekan lalu.
"Ada kekhawatiran bahwa permintaan mungkin melambat melebihi pasokan. Data yang lesu, terutama dari China sangat banyak dan tak terpisahkan dari apa yang kita lihat," ungkap Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities Toronto, dalam sebuah wawancara, seperti dikutip Bloomberg.
Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2019 di bursa Newcastle | |
---|---|
Tanggal | US$/MT |
2 Juli | 70,95 (+2,09 persen) |
1 Juli | 69,50 (+0,94 persen) |
28 Juni | 68,85 (+0,22 persen) |
Sumber: Bloomberg