Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan kenaikannya pada akhir perdagangan hari kedua berturut-turut, Jumat (28/6/2019), setelah sepanjang hari bergerak fluktuatif.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup naik 0,09 persen atau 5,92 poin di level 6.358,63 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (27/6), IHSG naik 0,67 persen atau 42,22 poin dan berakhir di posisi 6.352,71.
Sebelum lanjut menguat, pergerakan indeks sempat tergelincir ke zona merah setelah dibuka dengan kenaikan 0,23 persen atau 14,31 poin di posisi 6.367,02 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 6.351,51 – 6.377,35.
Empat dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin aneka industri (+0,87 persen) dan finansial (+1,71 persen). Lima sektor lainnya berakhir di zona merah, dipimpin industri dasar yang turun 0,71 persen.
Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, secara year-to-date IHSG masih mencatat penguatan sejak awal tahun hingga hari terakhir perdagangan pada semester pertama tahun ini.
“Hal ini ditopang oleh arus capital inflow serta stabilnya fundamental perekonomian kita,” jelas William dalam risetnya yang diterima Bisnis.com. Ia berpendapat kondisi dan pergerakan IHSG masih berada dalam jalur uptrend.
Baca Juga
Dalam lima pekan terakhir, IHSG telah mencatatkan kenaikan sekitar 9 persen, mengungguli indeks saham lainnya di Asia sekaligus indeks saham acuan kawasan ini, indeks MSCI Asia-Pasifik, sebesar lebih dari 5 poin persentase.
Dilansir dari Bloomberg, kepercayaan pasar mendapat dorongan dari terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo untuk masa jabatan kedua dan penaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor’s.
Seperti diketahui, pada Mei, lembaga pemeringkat internasional tersebut menaikkan peringkat kredit Indonesia menjadi BBB dengan prospek stabil.
“Kami menaikkan peringkat tersebut untuk mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dinamika kebijakan mendukung, yang kami perkirakan akan bertahan menyusul terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo,” papar S&P.
Dari 637 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 180 saham menguat, 211 saham melemah, dan 246 saham stagnan.
Saham emiten perbankan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang masing-masing naik 1,01 persen dan 3,37 persen menjadi pendorong utama berlanjutnya penguatan IHSG.
“Pasar mulai memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Penaikan [peringkat utang] oleh S&P akan lebih lanjut menurunkan cost of fund,” jelar Evan Hadiwidjaja, kepala riset di PT Sinarmas Sekuritas.
Nilai tukar rupiah pun lanjut berakhir menguat 14 poin atau 0,1 persen di level Rp14.126 per dolar AS pada perdagangan hari ini, apresiasi hari kedua. Sepanjang perdagangan Jumat (28/6), rupiah bergerak di level 14.102-14.145 per dolar AS.
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 lanjut berakhir naik 0,23 persen atau 1,30 poin di level 561,73, setelah ditutup menanjak 1,18 persen atau 6,55 poin di posisi 560,43 pada perdagangan Kamis (27/6).
Sebaliknya, bursa Asia tertekan pelemahan yang dialami di Shanghai, sedangkan indeks saham acuan di Tokyo, Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Sydney mengalami penurunan moderat.
Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,6 persen di level 2.978,88 pada perdagangan hari ini, Jumat (28/6), sekaligus membukukan penurunan 0,8 persen sepanjang pekan ini.
Fokus pasar saat ini tertuju pada KTT G20 di Osaka, Jepang, di mana Trump dan Xi Jinping direncanakan akan bertemu pada Sabtu (29/6/2019) untuk mengupayakan mencapai terobosan dalam perang perdagangan.
Meski belum menjanjikan untuk tidak akan mengenakan tarif baru pada China, pada Jumat (28/6) Trump berpendapat bahwa pertemuan yang dinanti-nantikan tersebut akan berlangsung produktif.
Di sisi lain, dalam pertemuan dengan para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam BRIC (Brasil, India, Rusia, dan China) di sela-sela KTT G20, hari ini (28/67), Xi Jinping mengkritik beberapa negara maju yang mengambil langkah proteksionis.
“Pelaku pasar mengambil pendekatan hati-hati menjelang pertemuan tingkat tinggi ini karena harapan untuk adanya terobosan tampak rendah,” ujar Konstantinos Anthis, kepala riset di ADSS.
“Jika kedua pemimpin itu tidak menemukan landasan bersama, pasar modal kemungkinan akan terdorong lebih rendah karena periode tarif yang berkepanjangan terhadap ekspor satu sama lain akan berdampak pada ekonomi dan pertumbuhan global,” tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
BBCA | +1,01 |
BBNI | +3,37 |
TLKM | +1,22 |
ASII | +1,02 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
HMSP | -1,57 |
BBRI | -0,46 |
DNET | -4,15 |
INTP | -2,20 |
Sumber: Bloomberg