Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TREN IPO : Masihkah Menunggu Besar untuk Jadi Perusahaan Publik?

Memasuki paruh kedua tahun ini, Bursa Efek Indonesia masih menantikan masuknya perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar ke pasar modal Tanah Air.
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki paruh kedua tahun ini, Bursa Efek Indonesia masih menantikan masuknya perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar ke pasar modal Tanah Air.

Adapun belakangan ini, tampaknya telah terjadi pergeseran tren perusahaan yang ingin mencatatkan sahamnya di bursa. Penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sekarang terpantau lebih didominasi oleh perusahaan berkapitalisasi kecil—dengan raihan dana IPO masih di bawah Rp1 triliun. Sementara itu, perusahaan berkapitalisasi jumbo justru terlihat masih enggan.

Berdasarkan data pipeline Bursa Efek Indonesia per 24 Mei 2019, terdapat 25 perusahaan yang sudah antre masuk ke pasar modal lewat IPO dengan perkiraan dana yang dihimpun di kisaran Rp10 miliar — Rp231,2 miliar. 

I Gede Nyoman Yetna Setya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, menyampaikan bahwa bursa sangat mengharapkan perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar untuk ikut melantai di bursa.

“Tapi sebelum [perusahaan] yang besar-besar itu masuk, ini kan fenomena juga bahwa yang [perusahaan] kecil—yang akan menjadi besar—sudah memanfaatkan pasar modal. Itu tren yang menarik,” kata Nyoman baru-baru ini.

Dirinya menjelaskan, tren perusahaan menunggu menjadi besar dulu baru kemudian menghimpun dana lewat pasar modal untuk mendapatkan dana segar yang tinggi kini mulai bergeser.

Justru, perusahaan-perusahaan yang masih kecil namun memiliki kinerja yang solid sekarang banyak yang lebih berani masuk ke pasar modal untuk menggenjot pertumbuhan bisnisnya.

“Jadilah besar di sini. Kami buka 2 pipe, [perusahaan] yang sudah besar silakan menjadi lebih besar lagi. Untuk [perusahaan] yang kecil, ini kesempatan menjadi besar,” imbuh Nyoman.

Sejauh ini, lanjut Nyoman, BEI telah mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan setengah dari 46—48 korporasi konglomerasi di Indonesia untuk mengajak melakukan IPO.

Adapun perusahaan big caps yang ditargetkan untuk mau menjadi perusahaan tercatat adalah korporasi besar yang telah memberikan atribusi ciamik dari sisi produk dan jasa.

Sebelumnya, Presiden Direktur Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir menjelaskan, beberapa calon emiten yang berasal dari sektor swasta yang biasanya merupakan bisnis keluarga memang sangat sensitif terhadap volatilitas di pasar saham.

“Lagipula, bisnis keluarga juga umumnya telah memiliki sumber pendanaan lain, seperti pinjaman perbankan, sehingga tidak terburu-buru untuk masuk ke pasar modal,” kata dia.

Selain itu, imbuh Silvano, perusahaan keluarga yang sudah lama dibangun dan bahkan sudah lintas generasi biasanya telah memiliki kas internal yang kuat untuk mendanai ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper