Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang euro berhasil melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (12/6/2019) seiring dengan melemahnya dolar AS akibat ekspetasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (12/6/2019) pukul 13.20 WIB, nilai tukar euro di pasar spot bergerak menguat 0,11 persen melawan dolar AS menjadi US$1,1339 per euro.
Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa penguatan euro terjadi di tengah pasar yang menanti rilis data inflasi AS yang diperkirakan terkontraksi, menjadi 0,1 persen dibandingkan dengan inflasi April sebesar 0,3 persen.
"Data inflasi AS yang akan dirilis malam ini, mendorong harapan pasar atas peluang pemotongan suku bunga pada pertemuan Fed mendatang," ujar Andian seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (12/6/2019).
Selain itu, sentimen negatif bagi dolar AS juga disebabkan oleh kritikan keras Presiden AS Donald Trump terhadap The Fed, yang menilai kebijakan kuantitatif oleh bank sentral tersebut justru berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi AS.
Tercatat, indeks dolar As yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak melemah 0,04 persen menjadi 96,65.
Baca Juga
Andian memperkirakan euro masih memiliki peluang naik ke level resisten US$1,1345 per euro hingga akhir perdagangan hari ini. Walaupun demikian, level support euro pada kisaran US$1,1310 per euro masih mendominasi pergerakan.
Di sisi lain, mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, euro mendapatkan momentum untuk bergerak menguat setelah pasar merespon positif rencana Bank Sentral Eropa untuk memangkas suku bunga acuan.
Bahkan, jika perlu Uni Eropa dinilai dapat melanjutkan program kuantitatif easing untuk menopang pertumbuhan.
"Investor menilai langkah ini sebagai cara untuk menopang laju inflasi kawasan tersebut," mengutip riset Asia Trade Point Futures, Rabu (12/6/2019).