Bisnis.com, JAKARTA — PT Barito Pacific Tbk. tengah menyiapkan rencana aksi korporasi pemecahan nilai nominal saham perseroan atau stock split.
Berdasarkan keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Barito Pacific mengumumkan rencana rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), yang dijadwalkan berlangsung 19 Juli 2019. Dalam kesempatan itu, perseroan hanya mengajukan satu mata acara.
“Persetujuan atas pemecahan nilai nominal saham perseroan sehingga mengakibatkan perubahan Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Anggaran Dasar Perseroan,” tulis manajemen dalam surat yang ditandatangangi oleh Direktur Independen Barito Pacific David Kosasih.
Bloomberg mencatat, saham emiten sandi BRPT itu tersungkur 250 poin atau 7,04% ke level Rp3.300 pada penutupan perdagangan, Jumat (31/5/2019). Kendati demikian, sepanjang periode berjalan 2019, laju saham perseroan tercatat masih menghasilkan return positif 38,08%.
Adapun, total kapitalisasi pasar yang dimiliki BRPT saat ini senilai Rp58,71 triliun.
Sebelumnya, Direktur Independen Barito Pacific David Kosasih menjelaskan bahwa anggaran belanja modal untuk bisnis petrokimia senilai US$460 juta. Selanjutnya, alokasi untuk sektor energi sekitar US$80 juta hingga US$100 juta.
Lebih lanjut, David menuturkan perseroan akan menyelesaikan beberapa proyek ekspansi di lini bisnis petrokimia. Menurutnya, satu pabrik polypropylene dengan skala cukup besar akan selesai tahun ini.
Fasilitas itu menurutnya akan memiliki kapasitas produksi 400.000 ton per tahun. Dalam ekspansi itu, perseroan tidak menggandeng mitra lain.
“Total investasi [pabrik polypropylene] US$350 juta sampai US$400 juta,” ujarnya.
KINERJA KEUANGAN
Dalam laporan keuangan kuartal I/2019, Barito Pacific melaporkan pendapatan US$679,24 juta pada kuartal I/2019. Posisi itu turun 17,82% dari US$826,52 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya, beban pokok pendapatan perseroan tercatat senilai US$514,66 juta, turun 11,52% dibandingkan dengan US$581,70 pada kuartal I/2018.
Dari situ, perseroan membukukan laba bruto US$164,57 juta per akhir Maret 2019. Pencapaian tersebut turun 32,78% dari US$244,82 juta pada kuartal I/2018.
Sementara itu, beban penjualan yang dikeluarkan perseroan tercatat menyusut 9,76% secara tahunan menjadi US$11,1 juta. Sebaliknya, beban keuangan tercatat naik 5,56% menjadi US$51,1 juta pada kuartal I/2019.
BRPT itu membukukan laba bersih US$5,8 juta pada kuartal I/2019, lebih rendah 80,4% dari US$29,59 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu menuturkan kuartal I/2019 merupakan periode yang menantang karena situasi perang dagang yang semakin intensif antara AS dan China.
“Bisnis petrokimia kami terekspose pada tingkat margin yang lebih rendah meskipun diimbangi oleh turunnya harga naphtha, sedangkan Star Energy terus memberikan kontribusi yang stabil terhadap pendapatan konsolidasian kami, yang mana hal ini membantu perseroan mengurangi efek makro global yang menantang,” paparnya dalam siaran pers.