Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Makin Panas, Harga Batu Bara Melorot

Harga batu bara di bursa ICE Newcastle kembali berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (28/5/2019).
Kilang Minyak/Bloomberg
Kilang Minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa ICE Newcastle kembali berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (28/5/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Juli 2019 ditutup merosot 1,41 persen atau 1,15 poin di level US$80,25 per metrik ton.

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Juli 2019 bahkan anjlok 2,4 persen atau 1,40 poin dan berakhir di level 56,85.

Namun harga batu bara thermal untuk pengiriman September 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange, mampu naik tipis 0,07 persen atau 0,4 poin dan ditutup di level 587,2 yuan per metrik ton, setelah berakhir melemah 4,2 poin pada perdagangan Senin (27/5).

Dilansir Bloomberg, perencana ekonomi China mengusulkan pemangkasan harga guna melonggarkan beban pada produsen-produsen listrik.

“Situasi inventaris tinggi dan konsumsi rendah sebelum puncak musim panas, bersama dengan berita bahwa pemerintah berencana untuk menutup biaya batu bara, dapat membebani harga,” tulis Daiwa Capital Markets dalam risetnya.

Sementara itu, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) berhasil menguat untuk hari kedua di tengah risiko pasokan dari Timur Tengah hingga AS, yang menutupi kekhawatiran atas prospek permintaan akibat ketegangan perdagangan.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli ditutup menguat 0,9 persen pada perdagangan Selasa (28/5) di level US$59,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Adapun minyak Brent untuk pengiriman Juli ditutup di level US$70,11 di bursa ICE Futures Europe.

Dilansir Bloomberg, lonjakan kepercayaan konsumen memicu optimisme di antara para pelaku pasar yang kembali berjalan setelah minyak mentah mencatat penurunan mingguan paling tajam pada 2019.

"Banyak orang melihat penurunan pekan lalu sebagai peluang," kata Phil Streible, analis pasar senior di RJO Futures Group Inc. di Chicago, seperti dikutip Bloomberg.

"Ada banyak aliran uang masuk di pihak orang-orang yang berpikir minyak akan menguat kembali," lanjutnya.

Ada sedikit antusiasme terhadap Brent yang berfluktuasi sebelum berakhir di dekat level US$70 per barel. Aliran pada pipa utama Rusia ke Eropa Tengah berlanjut pada hari Senin setelah kekhawatiran adanya kontaminasi, sementara Presiden AS Donald Trump melonggarkan sejumlah tekanannya terhadap Iran.

Di Timur Tengah, sebuah koalisi pimpinan Saudi mengklaim bahwa mereka telah menggagalkan 35 serangan teror oleh pemberontak Houthi di Selat Bab al-Mandeb antara Yaman dan Djibouti.

“Banjir di seluruh AS tengah juga dapat menimbulkan gangguan pada aliran minyak mentah dan produk olahan,” tambah Streible.

Bagian dari sistem pipa minyak mentah Pony Express ke kompleks penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, ditutup pekan lalu. Sementara itu, Delek A.S. Holding Inc. memperkirakan kilang Louisiana tidak terpengaruh oleh banjir luapan Sungai Mississippi.

Pergerakan harga batu bara kontrak Juli 2019 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

28 Mei

80,25

(-1,41 persen)

27 Mei

81,40

(0 persen)

24 Mei

81,40

(-0,61 persen)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper