Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga melanjutkan pelemahan, menembus di bawah level US$6.000 per ton seiring dengan ketegangan perdagangan AS-China dan penguatan dolar AS yang membebani pergerakan.
Mengutip Bloomberg, investor menunggu lebih banyak perkembangan dalam hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia setelah pemerintah Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk memangkas pasokan teknologi ke 5 perusahaan China.
"AS sedang mempertimbangkan apakah akan memutus aliran teknologi vital ke 5 perusahaan China, dan pelebaran sanksi terhadap Huawei telah diberlakukan memberikan tekanan pada harga," mengutip laporan Bloomberg, Kamis (23/5/2019).
Selain itu, dolar AS melanjutkan penguatan meski The Fed memberikan sinyal untuk pendekatan yang lebih sabar terkait dengan perubahan suku bunga. Dolar AS tetap menguat bahkan ketika investor mengharapkan adanya pemotongan suku bunga pada akhir tahun.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan 6 mata uang mayor lainnya bergerak menguat 0,1% di level 98,136.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (23/5/2019), harga tembaga di bursa Shanghai bergerak melemah 1,54% menjadi 46.670 yuan per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga bergerak melemah 3,20%.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Rabu (22/5/2019), harga tembaga di bursa London ditutup 1,13% menjadi US$5.928 per ton. Secara year to date, harga bergerak di zona merah, melemah 0,62%.