Bisnis.com, JAKARTA — Melemahnya permintaan semen dalam negeri sepanjang kuartal I/2019 dan beban bunga yang dialami beberapa emiten produsen semen membuat laba yang diraih mengalami tekanan.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, 2 dari 4 emiten produsen semen mengalami penurunan laba bersih pada periode kuartal I/2019 dan satu emiten produsen semen masih mencatatkan kerugian.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menjadi satu-satunya emiten produsen semen yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sepanjang periode tersebut.
General Manager of Corporate Communication Semen Indonesia Sigit Wahono menjelaskan bahwa terkoreksinya laba perseroan disebabkan oleh beban bunga perseroan yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Adapun, kenaikan beban biaya bunga tersebut sebesar 210,8% atau sebesar Rp712 miliar dari beban biaya bunga pada periode sebelumnya sebesar Rp229 miliar, yang merupakan dampak dari proses akuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Sigit mengatakan bahwa biaya bunga tersebut masih akan terus berlanjut pada periode berikutnya. Namun, perseroan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk dapat menekan beban tersebut.
Baca Juga
“Langkah-langkah integrasi pascaakuisisi dan cost transformation di Semen Indonesia Group diharapkan dapat mendongkrak kinerja laba di kuartal berikutnya,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (17/5/2019).
Sementara itu, Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa menjelaskan bahwa capaian perseroan pada periode tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan volume penjualan klinker.
Di samping itu, emiten berkode saham INTP itu terus melakukan efisiensi sehingga kombinasi dari faktor-faktor tersebut menghasilkan laba yang lebih baik.
“Hasil yang lebih baik dari tahun lalu juga disebabkan adanya kenaikan harga rata-rata semen dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Pada periode selanjutnya, Marcos mengharapkan perseroan dapat meraih hasil yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
“Kami berharap dengan telah selesainya Pemilu serta curah hujan yang mulai berkurang, volume penjualan dapat mulai terdongkrak,” katanya.
Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Solusi Bangun Indonesia mengatakan bahwa capaian perseroan pada periode kuartal I/2019 dikontribusikan oleh efisiensi pada biaya procurement, supply chain dan distribusi, serta biaya-biaya umum perseroan, sehingga dapat menekan beban perseroan.
“Meskipun masih mengalami kerugian bersih, kinerja keuangan Solusi Bangun Indonesia mulai membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ujarnya kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Perbaikan kinerja keuangan emiten berkode saham SMCB tersebut akan terus dilanjutkan pada periode selanjut. Hal tersebut menjadi salah satu fokus utama perseroan setelah melakukan mandatory tender offer (MTO) pascaakuisisi PT Semen Holcim Indonesia Tbk.
“Kami fokus untuk memperbaiki kinerja Solusi Bangun Indonesia,” ujarnya.
Di lain pihak, Sekretaris Perusahaan Semen Baturaja Basthony Santri mengungkapkan bahwa penurunan laba bersih perseroan pada kuartal I/2019 disebabkan oleh meningkatnya biaya bunga Pabarik Baturaja 2.
“MTN baru mulai di Maret tahun lalu,” jelasnya.
Perseroan optimistis dapat meraih kinerja yang lebih baik pada periode selanjutnya. “Sejak Januari hingga April, market share sudah menyentuh angka 68%,” pungkasnya.
Mimi Halimin, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam risetnya menyebutkan bahwa sepanjang dua pekan pertama pada Mei 2019, seluruh saham emiten semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia kompak mengalami pelemahan, hal tersebut disinyalir atas kekecewaan para pelaku pasar.
Terhitung sejak 1 Mei 2019–10 Mei 2019, saham SMGR turun 17,4% selama periode ini, sedangkan saham INTP dan SMCB masing-masing turun 11,6% dan 10,1%. Sementara itu, saham SMBR merosot 26,5%.
“Kami percaya aksi jual dipicu oleh hasil keuangan kuartal I/2019 yang lebih lemah dari perkiraan, terutama untuk SMGR . Kami juga percaya bahwa beberapa sentimen negatif investor ikut berperan,” jelasnya.
Sementara itu, dia memperkirakan volume penjualan semen akan melanjutkan pemelamahannya pada kuartal II/2019. April 2019, konsumsi semen domestik hanya mencapai 4,8 juta ton lebih rendah 10,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pelemahan tersebut disebabkan dengan lebih banyak hari libur selama sebulan, serta pemilihan umum, yang mendorong investor untuk mengambil sikap wait and see.
“Kami memperkirakan harga saham perusahaan semen akan tetap di bawah tekanan. Kami pikir rebound kemungkinan pada semester II/2019, didorong oleh prospek properti yang membaik di tengah kemungkinan beralih ke kebijakan suku bunga yang lebih rendah,” pungkasnya.