Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perspektif Suria Dharma: Masih Ada Peluang saat Ramadan

Penurunan saham yang cukup tajam pada pekan terakhir sebelum Ramadan menjadi peluang untuk mengumpulkan saham-saham yang mengalami penurunan, tetapi seharusnya akan diuntungkan dari kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Bisnis.com, JAKARTA – Kita memasuki Ramadan pada Senin, 6 Mei 2019. Secara historis, pergerakan bursa saham pada periode Ramadan dalam 10 tahun terakhir cenderung variatif, di mana dalam 4 tahun mengalami penurunan, 5 tahun mengalami kenaikan, dan 1 tahun relatif seimbang.

Saat Ramadan pada periode Pemilu 2014 dan 2009, kita dapat melihat bahwa pergerakannya cenderung menguat sekitar 4%-5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Bila skenario yang sama terjadi tahun ini, IHSG diperkirakan bisa kembali naik ke level sekitar 6.650 pada awal Juni 2019.

Salah satu yang bisa menjadi sentimen positif adalah pengumuman resmi KPU tentang pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) RI yang akan memberikan kepastian kepada para investor di pasar modal.

Pengumuman hasil akhir perhitungan pilpres berdasarkan Real Count melalui Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) dari Komisi Pemilihan umum (KPU) yang semula dijadwalkan akan diumumkan di tengah bulan Ramadan yaitu pada 22 Mei 2019, kemungkinan dipercepat.

Hal ini bertujuan untuk menghindari kontroversi dan perselisihan berlanjut dari kedua calon presiden. Proses perhitungan suara Pilpres saat ini didahulukan daripada perhitungan suara Pemilihan Legistatif (Pileg).

Sebagai perbandingan, hasil Pilpres 2014 diumumkan pada 22 Juli 2014 atau 13 hari setelah hari Pemilu Presiden. Namun, pada waktu itu Pemilu Legistatif dilaksanakan 3 bulan sebelumnya.

Pemilu 2019 sendiri berlangsung dengan aman dan damai pada 17 April 2019 dengan tingkat partisipasi pada Pemilu 2019 mencapai lebih dari 80%. Ini merupakan tingkat partisipasi yang tinggi dan melebihi Pemilu 2014 (70%) maupun target KPU (77,5%).

Saat ini, pasar masih memperhatikan perkembangan perhitungan Real Count, khususnya untuk Pilpres. Hingga tulisan ini dibuat, sudah 66,43% suara yang masuk dan dihitung melalui Situng milik KPU.

Suara yang masuk berasal dari 540.345 TPS dari total 813.350 TPS. Pasangan Jokowi-Ma’ruf untuk sementara memperoleh 56,13% suara atau 57,17 juta suara, sedangkan pasangan Prabowo-Sandi memperoleh 43,87% suara atau 44,69 juta suara.

Selisih perolehan suara sementara berada di level 12,26% atau 12,47 juta suara. Sebagai perbandingan, hasil perhitungan terakhir Pilpres 2014 menunjukkan pasangan Jokowi-JK meraih 53,15% (70,99 juta suara), berselisih 6,3% suara (8,42 juta suara) dengan pasangan Prabowo-Hatta yang memperoleh 46,85% (62,57 juta suara).

Hasil sementara Real Count ini bahkan sedikit lebih tinggi selisih suaranya dibandingkan dengan Quick Count dari beberapa lembaga survei yang berkisar selisihnya antara 7,82%–11,34%.

Dengan selisih suara yang cukup lebar dan dengan selisih persentase hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Pilpres 2014, kami perkirakan kemungkinan terjadinya hasil penghitungan final yang berbeda menjadi sangat kecil. Dengan kata lain pasangan Jokowi-Ma’ruf hampir dipastikan memenangkan Pilpres pada tahun ini.

Adapun, dari 30,23% suara yang sudah masuk Situng KPU untuk Pileg DPR, PDIP memimpin dengan 19,84% suara, disusul oleh Partai Golkar dan Partai Gerindra dengan masing-masing dengan 13,48% dan 11,88% suara.

Hasil Quick Count dari Litbang Kompas juga menunjukkan bahwa PDIP memenangkan Pileg 2019 dengan perolehan suara 19,97%. Namun, di urutan kedua dan ketiga adalah Partai Gerindra dan Partai Golkar dengan perolehan suara 12,84% dan 11,89%.

Urutan kedua dan ketiga ini terbalik dengan perhitungan sementara Real Count (yang baru sekitar 30%). Sembilan partai (seluruhnya partai lama) lolos untuk mendapatkan kursi di DPR, sedangkan partai lainnya termasuk Partai Hanura tidak lolos ambang batas minimum 4%.

Adapun, PDIP, Partai Gerindra, PKB, PKS, dan Partai Nasdem adalah partai-partai yang naik perolehan suaranya dibandingkan dengan Pileg 2014. Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, PPP, dan Partai Hanura turun perolehan suaranya.

Dari komposisi perolehan suara partai yang lolos, terlihat Jokowi mendapatkan dukungan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan Pemilu 2014. Ini bisa memberikan kestabilan politik dan kemudahan terhadap kebijakan yang akan diambil Presiden Jokowi ke depannya.

Kemenangan kembali Presiden Jokowi berarti juga akan adanya kelanjutan proyek-proyek infrastruktur. Namun, kami melihat kali ini akan lebih selektif pada proyek-proyek prioritas.

Hal ini akan memberikan sentimen positif kepada saham-saham konstruksi dan infrastruktur BUMN. Masalah arus kas yang belakangan menekan performa perusahaan-perusahaan tersebut secara perlahan akan mereda.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN juga akan mendapat banyak pembayaran pada tahun ini dari proyek-proyek infrastruktur yang telah selesai. Selain itu, bank-bank penyalur utama kredit infrastruktur seperti BBNI dan BMRI juga akan turut mendapat sentimen positif.

Tahun ini, alokasi bantuan sosial juga naik tajam 32,8% secara tahunan di APBN dan mencapai 93% anggaran infrastruktur. Selama 2 tahun terakhir, nilainya hanya mencapai 71%-72% dari anggaran infrastruktur.

Kami melihat bahwa peningkatan ini bertujuan untuk mendorong konsumsi domestik. Kami juga melihat Presiden Jokowi akan lebih mendorong sektor manufaktur, di mana hal ini juga akan menguntungkan perusahaan-perusahaan penyedia lahan industri.

FAKTOR EKSTERNAL

Beberapa hal yang terjadi di luar Indonesia juga dapat mempengaruhi pergerakan IHSG pada bulan Ramadan. Salah satunya adalah pertumbuhan PDB Amerika Serikat pada kuartal pertama 2019 yang tumbuh 3,2% year-on-year, jauh di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan hanya tumbuh 2%.

Selain itu, jumlah tenaga kerja baru di AS bertambah 263.000 pada April, jauh di atas ekspektasi konsensus sebesar 190.000. Hal ini juga diikuti oleh penurunan tingkat pengangguran ke level 3,6%, di bawah perkiraan konsensus di level 3,8% dan sekaligus merupakan level terendah di AS sejak Desember 1969.

Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi di AS ternyata tidak seburuk yang diperkirakan, di mana sebelumnya banyak yang memperkirakan AS terancam akan mengalami resesi pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Di satu sisi, hal ini positif untuk bursa di AS. Namun, di sisi lain hal ini juga menurunkan kemungkinan The Fed untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan dolar AS agak menguat terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah yang agak melemah dalam beberapa waktu terakhir.

Namun, yang menarik adalah ternyata semua hal tersebut di atas tidak diikuti dengan peningkatan inflasi yang signifikan di AS. Data core Personal Consumption Index (PCE) Index pada Maret 2019 di AS, yang tidak memasukkan harga dari makanan dan energy, ternyata bergerak flat dibandingkan dengan Februari atau naik 1,6% year-on-year.

Angka ini lebih rendah dibandingkan data Februari yang naik 0,1% month-on-month dan 1,7% year-on-year. Data inflasi berdasarkan Core PCE ini merupakan referensi inflasi yang digunakan oleh The Fed untuk menentukan arah kebijakan.

Seperti kita ketahui, The Fed menargetkan inflasi dapat mencapai 2%. Hal ini juga berarti The Fed diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat.

Di dalam negeri, pasar juga mengantisipasi data pertumbuhan PDB kuartal I/2019 Indonesia yang akan diumumkan pada hari pertama bulan Ramadan. Kami cukup positif dan memperkirakan angka pertumbuhannya dapat mencapai 5,2%.

Selain itu, neraca perdagangan Indonesia pada April akan diumumkan pada tanggal 15 Mei 2019. Seperti kita ketahui, angkanya masih mengalami defisit US$190 juta pada kuartal I/2019.

Kami memperkirakan defisit kembali terjadi pada April, setelah dua kali mengalami surplus pada Februari dan Maret. Dengan berbagai faktor di atas, penurunan saham yang cukup tajam pada pekan terakhir sebelum Ramadan juga berarti menjadi peluang untuk mengumpulkan saham-saham yang mengalami penurunan, tetapi seharusnya akan diuntungkan dari kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf.

Beberapa saham yang kami lihat berpotensi menguat pada Ramadan ini antara lain adalah saham-saham konstruksi seperti WIKA, WSKT, PTPP, dan ADHI beserta anak-anak perusahaannya seperti WTON dan WSBP.

Saham perbankan seperti BBNI, BMRI, dan BBTN, konsumer seperti INDF dan ICBP, perusahaan rokok seperti GGRM dan HMSP, ritel seperti RALS, serta juga kawasan industri seperti DMAS, BEST, SSIA, dan AKRA juga berpotensi menguat.

*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (6/5/2019)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper