Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. tertekan sepanjang kuartal I/2019, seiring dengan fluktuasi harga bahan baku dalam setahun terakhir.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2019 unaudited, produsen makanan ringan ini mencatatkan penjualan bersih tumbuh 5,90% menjadi Rp2,28 triliun. Namun, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 20,18% menjadi sebesar Rp121,75 miliar.
Penjualan bersih berasal dari segmen makanan ringan yang tumbuh 4,48% menjadi Rp1,98 triliun, diikuti minuman tumbuh 16,25% menjadi Rp302,60 miliar, dan lain-lain tumbuh 14,85% menjadi Rp116,37 juta.
Laba bersih yang tertekan sejalan dengan beban pokok penjualan sebesar Rp1,56 triliun atau naik 6,47%, lebih tinggi dari kenaikan penjualan bersih. Begitu pula, beban penjualan naik 27,02% menjadi Rp390,56 miliar.
Direktur Garudafood Paulus Tedjosutikno mengatakan, sejumlah faktor memengaruhi kinerja kuartal I/2019 sehingga berdampak terhadap laba bersih perseroan. Pertama, persaingan di industri makanan minuman yang semakin ketat seiring dengan banyaknya pemain di industri ini.
Kedua, fluktuasi beberapa harga bahan baku dalam 12 bulan terakhir sehingga memengaruhi kinerja perseroan. Paulus mengatakan, bahan baku yang mengalami kenaikan di antaranya tepung terigu, tapioka, serta produk susu dan turunannya.
Ketiga, adanya hambatan non tarif dari beberapa negara untuk pasar ekspor. Emiten dengan kode saham GOOD ini, tengah fokus mengembangkan pasar ekspor di Asean, China, dan India.
"Perseroan akan terus melakukan inovasi produk, serta memperkuat pangsa pasar. Dari sisi ekspor, kami terus memperkuat pasar ekspor dan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak," katanya dalam public expose pada Selasa (30/4/2019).
GOOD mengincar pertumbuhan top line dan bottom line sebesar 10%-15% pada 2019. Pada 2018, perseroan membukukan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar Rp8,05 triliun dan Rp404,93 miliar.
Dengan demikian, pada tahun ini, perseroan mengincar penjualan sekitar Rp8,85 triliun-Rp9,26 triliun, serta laba bersih sekitar Rp445,42 miliar-Rp465,67 miliar.
Lebih lanjut, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp750 miliar pada tahun ini. Sebesar Rp600 miliar di antaranya digunakan untuk manufaktur, sedangkan Rp150 miliar sisanya untuk memperkuat distribusi.
GOOD saat ini tengah menyelesaikan penambahan fasilitas produksi di Rancaekek Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur. Fasilitas produksi ini akan menambah kapasitas terpasang produk biskuit dari 154.469 ton per tahun menjadi sekitar 169.916 ton - 177.639 ton per tahun.