Bisnis.com, JAKARTA — Emiten penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berhasil meraih untung pada kuartal I/2019.
Emiten berkode saham GIAA tersebut mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$20,48 juta pada
kuartal I/2019 dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi US$65,34 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perseron, GIAA mengantongi pendapatan selama kuartal I/2019 senilai US$1,09 miliar, meningkat 11,86% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$983,01 juta.
Sementara itu, GIAA berhasil menekan beban operasional penerbangan pada kuartal I/2019 menjadi US$618,99 juta atau lebih rendah 3,53% dibandingkan
tahun sebelumnya US$641,64 juta.
Adapun, secara keseluruhan, beban usaha perseroan tercatat US$1,04 miliar, turun 0,95% dibandingkan beban usaha kuartal I/2018 senilai US$1,05 miliar. Pada kuartal I/2019, perseroan juga mengalami rugi selisih kurs senilai US$7,39 juta.
Dalam keterangan resmi perseroan, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengungkapkan bahwa catatan kinerja positif yang berhasil dicapai Garuda Indonesia Group pada kuartal I/2019 tidak terlepas dari komitmen bersama seluruh lini usaha dalam menciptakan sinergi dan terus melakukan perbaikan business process, tetapi tetap mengutamakan keselamatan.
“Di tengah tren kinerja industri penerbangan pada kuartal I yang cenderung tertekan mengingat fase kuartal 1 merupakan fase low season angkutan transportasi udara, Garuda Indonesia Group berhasil mempertahankan kinerja secara positif menyusul capaian kinerja yang solid di tahun kinerja 2018, khususnya pada kuartal IV/2018,” ujarnya, Selasa (18/4/2019)
Selain itu, peningkatan kinerja perseroan turut didukung oleh program efisiensi dan efektivitas yang berkelanjutan, optimalisasi aspek cost structure, penyesuaian kapasitas pada produksi sesuai permintaan sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih terukur dan beban bahan bakar juga dapat ditekan.
Lebih lanjut, Garuda Indonesia Group juga melakukan upaya renegosiasi biaya leasing armada secara berkelanjutan yang berhasil menekan biaya leasing
pesawat hingga 30% atau equivalen dengan nilai US$60 juta.