Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga batu bara Newcastle berlanjut dan berakhir anjlok lebih dari 2% pada perdagangan Senin (1/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif April 2019 ditutup anjlok 2,60% atau 2,20 poin di level US$82,50 per metrik ton, setelah berakhir anjlok 2,87% atau 2,50 poin di level US$84,70 per metrik ton pada perdagangan Jumat (29/3/2019).
Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Juli 2019 juga terus tertekan dan berakhir anjlok 3,53% atau 2,35 poin di posisi 64,25 pada perdagangan Senin (1/4).
Kendati demikian, harga batu bara thermal untuk pengiriman Mei 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange, mampu rebound dari pelemahannya dan ditutup menanjak 1,38% atau 8,2 poin di level 602,4 yuan per metrik ton pada perdagangan kemarin.
“Inspeksi keamanan yang direncanakan di tambang-tambang memberi sentimen bullish bagi kontrak,” terang analis Guotai Junan Futures Jin Tao, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, harga minyak mentah memperpanjang reli terbaiknya dalam satu dasawarsa pada akhir perdagangan Senin (1/4) setelah data manufaktur China dan bukti baru pemotongan pasokan OPEC mendorong prospek bullish.
Minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Mei melonjak 2,4% atau 1,45 poin ke level US$61,59 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi sejak November.
Adapun minyak Brent untuk kontrak Juni menguat 1,43 poin dan ditutup di level US$69,01 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Kontrak Mei berakhir pada Jumat. Minyak mentah patokan global berada pada premi US$7,30 dibanding WTI untuk bulan yang sama.
Dilansir dari Bloomberg, indeks aktivitas manufaktur China menunjukkan kenaikan terbesar sejak 2012, meredakan kekhawatiran tentang ekonomi global. Sementara itu, output OPEC tergelincir pada bulan Maret untuk bulan keempat berturut-turut, didorong oleh langkah pengurangan produksi yang lebih dalam di Arab Saudi.
"Itu karena OPEC, berpegang pada batasan pasokan mereka," kata Scott Bauer, kepala eksekutif Prosper Trading Academy, seperti dikutip Bloomberg.
"Di masa lalu, mereka belum benar-benar mengindahkan petunjuk pasokan mereka sendiri. Tapi kali ini mereka melakukannya, dan sepertinya akan tetap seperti itu di masa mendatang,” lanjutnya.
Harga minyak AS menguat 32% pada kuartal pertama 2019 setelah Arab Saudi memimpin OPEC dan sekutunya dalam upaya menekan output demi mencegah kelebihan pasokan.
Pengurangan output yang tidak direncanakan di Venezuela dan Iran juga telah membantu harga naik, mengimbangi kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global.
Pergerakan harga batu bara kontrak April 2019 di bursa Newcastle
Tanggal | US$/MT |
1 April | 82,50 (-2,60%) |
29 Maret | 84,70 (-2,87%) |
28 Maret | 87,20 (-2,52%) |
Sumber: Bloomberg